Selasa 19 Oct 2021 10:51 WIB

Prabowo Menatap 2024

Prabowo diprediksi akan maju lagi pada Pilpres 2024

Red: Elba Damhuri
Ilustrasi Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno
Foto: MGIT4
Ilustrasi Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno

Oleh : Zulfan Tadjoeddin, Associate Professor in Development Studies, Western Sydney University, Australia

IHRAM.CO.ID, -- Prabowo akan maju lagi di Pilpres 2024. Begitu penyataan Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani, baru-baru ini.

Prabowo yang di dua Pilpres terhahulu dekat dengan kubu Islamis-transnasionalis, sekarang merapat ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). 

Lalu apakah Prabowo akan menjadi representasi kubu nasionalis melawan pasangan dari kubu Islamis-transnasionalis di 2024? Bisa jadi. 

Kita tahu bahwa, saat ini, representasi terbaik dari kubu Islamis adalah Anies Baswedan berpasangan dengan AHY. 

Jika seperti ini, Prabowo di 2024 akan mewakili kubu nasionalis. Lalu, siapa pasangannya? Ada dua opsi.

Opsi pertama adalah: Prabowo-Puan Maharani. 

Alasannya sangat kuat. Ini merupakan koalisi dua partai nasionalis, pemenang pertama dan kedua Pemilu 2019. Diatas kertas akan sangat kuat. 

Prabowo adalah Ketua Umum Gerinda dengan elektabilitas tertinggi dan secara ‘de-facto’ adalah pemilik Gerindra. 

Puan terhubung erat secara politik dan biologis dengan Megawati, Ketua Umum PDIP dan ketua partai terlama di republik. Puan memiliki posisi penting di PDIP. Saat ini menjabat Ketua DPR, berpengalaman sebagai menteri. Lengkap, tetapi elektabilitasnya sangat rendah.

Saya memperkirakan pasangan Prabowo-Puan akan kalah telak ketika berhadapan dengan Anies-AHY. Ini berarti kubu nasionalis akan gigit jari di 2024.

oOo

Opsi kedua adalah Prabowo-Ganjar Pranowo. 

Kombinasi ini pun sangat beralasan. Ganjar memiliki eletabilitas capres kedua tertinggi setelah Prabowo. Ia adalah salah satu kader terbaik PDIP, memenangkan dua kali Pilgub, berpengalaman sebagai anggota DPR. Ia aktif di media sosial, muda dan energik. 

Tetapi, pasangan ini pun akan keteteran jika harus berhadapan dengan Anies-AHY. Elektabilitas Prabowo sepertinya sudah mentok. Dia kalah di tiga kompetisi Pilpres sebelumnya. Dia mewakili generasi tua, melawan darah muda.

Pasangan ini tidak memiliki kredensial Islam, sedangkan Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim (87%). Ini menjadi titik lemah. Prabowo akan diserang kadar ke-Islaman-nya. Ini akan digoreng. Kubu Islamis tahu betul soal ini. Mereka mendukung Prabowo dua kali, 2014 dan 2019.

Dalam hal ini Ganjar akan tak akan terlalu banyak menolong. Posisi dia cuma wapres.   Kemungkinan pasangan Prabowo-Ganjar pun akan keok di tangan Anies-AHY.

Jadi Prabowo seperti menjadi kartu mati. Dia adalah representasi yang tidak menjanjikan bagi kubu nasionalis.

oOo

Lalu, apa pilihan terbaik kubu nasionalis? Ada dua alternatif.

Alternatif pertama adalah Ganjar Pranowo–Sandiaga Uno. PDIP dan Gerindra mengirim wakil terbaik mereka yang memiliki elektabilitas  menjanjikan. 

Elektabilias Ganjar berada di papan atas, satu klasemen dengan Prabowo dan Anies. Elektabilitas Sandi berada di papan tengah, satu barisan dengan AHY dan Ridwan Kamil. 

Ganjar-Sandi adalah dua sosok matang. Berpengalaman di kompetisi elektoral dan pemerintahan. Muda dan energik. 

Untuk ini, Megawati dan Prabowo harus legowo, cukup menjadi “king maker” saja. Mereka berdua akan berada pada posisi sangat terhormat.

Maka, akan terjadi pertarungan sengit di 2024 antara Ganjar-Sandi melawan Anies-AHY. Politik tanah air akan sangat bergairah. Kontestasi Pilpres akan dimeriahkan oleh darah-darah muda yang pintar dan energik. 

Sepertinya dua pasangan ini akan berimbang. Tapi kubu nasionalis harus hati-hati. Kubu Islamis bisa jadi akan memainkan kembali kartu Islam. Mereka bisa jadi akan menyerang kredensial ke-Islaman-an Ganjar dan Sandi, dengan menonjolkan kadar ke-Islam-an Anies.  

Berdarah Arab dan kelahiran Jogja, Anis lancar berbahasa Jawa dan sangat paham kultur Jawa. Diapun fasih melafalkan salawat nabi dan mampu mengutip penggalan ayat-ayat Quran. 

Di lain pihak, Sandi memang sudah diberi stempel ‘satri pos-islamisme” oleh PKS saat Pilpres 2019 lalu. Tetapi, harus diingat, ini politik. Stempel itu akan dengan gampang dicabut kembali oleh pemiliknya.  

Lalu, bagaimana akal? Tidak ada pilihan lain, PDIP-Gerindra dan Ganjar-Sandi harus memastikan dukungan kalangan Muslim yang dekat dengan ide-ide nasionalis-inklusif dan tidak sektarian. Mereka adalah kalangan NU dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). 

PKB adalah partai dengan massa Islam terbesar. Syukur-syukur, PAN dan PPP ikut memberikan dukungan. 

Besar kemungkinan, Ganjar-Sandi akan menang tipis melawan Anies-AHY. Ini pun dengan sarat bahwa PKS bersedia mengusung Anies dan koalisi PKS-Demokrat mendapat tambahan suara untuk memenuhi “presidential threshold”. Jika tidak bisa memenuhi ambang batas 20%, kubu Islamis-transnasionalis akan menjadi penonton saja di perhelatan 2024.

oOo

Walau bagaimanapun, risiko serangan kredensial Islam terhadap pasangan Ganjar-Sandi tidak bisa dipandang sebelah mata. Ini tetap potensial jadi persoalan serius dan mematikan. 

Lihatlah di Pilpres 2019. Jokowi harus menggandeng Ma’ruf Amin sebagai wapres untuk menahan laju gergaji kelompok Islam politik dalam menggerus basis suara Jokowi di kalangan pemilih Muslim. 

Sekarang mari kita kembali ke soal pasangan Ganjar-Sandi. Bagaimana jika seandainya, ketika mendekati Pilpres 2024, serangan kredensial Islam tersebut ternyata akan sangat mematikan?

PDIP dan Ganjar harus bersikap pragmatis. Ganjar perlu didampingi oleh sosok yang memiliki kredensial Islam yang kuat, seperti saat Ma’ruf Amin mendampingi Jokowi. 

Untuk ini, PDIP dan Ganjar bisa menimbang sosok Said Aqil Siradj (SAS) sebagai cawapres. Dengan ini NU dan PKB akan memaksimalkan dukungan mereka kepada pasangan Ganjar-SAS dalam menghadapi gergajian kubu Islamis-transnasionalis.

Jika seperti ini, bagaimana dengan Prabowo?   

Besar kemungkinan Prabowo akan berbalik arah, kembali berkoalisi dengan PKS. Prabowo akan kembali menjadi representasi kubu Islam-transnasionalis. 

Maka akan lahir pasangan Prabowo-Anies, yang akan berhadapan dengan pasangan Ganjar-SAS.

Jika ini yang kejadian, maka akan terulang kembali model pertarungan Pilpres 2014 dan 2019 lalu. Kompetisi Pilpres akan sengit kembali. 

Dan besar kemungkinan, Prabowo akan mengulang kembali prestasi-nya sebagai pemenang kedua (runner-up) seperti yang telah dia torehkan di tiga Pilpres sebelumnya. 

Jadi, Prabowo memang harus berpikir lebih keras.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement