Kamis 21 Oct 2021 05:19 WIB

Masjid Hasan Beg, Mahakarya Ottoman di Jantung Tel Aviv

Meski berkali-kali diserang, Masjid Hasan Beg di Palestina tetap bertahan

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
Masjid / Ilustrasi
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Masjid / Ilustrasi

IHRAM.CO.ID, TEL AVIV -- Meski berkali-kali diserang sejak berdirinya Israel, Masjid Hasan Beg di Palestina, telah bertahan. Rumah ibadah yang dibangun pada era Ottoman di kota Jaffa ini teruji melawan ujian waktu dengan keindahan arsitekturnya.

Terletak di lingkungan Neve Tzedek di Tel Aviv, ibu kota Israel, masjid ini diperintahkan untuk dibangun oleh Gubernur Jaffa Kekaisaran Ottoman Hasan al-Basri Aljabi, di lingkungan Manshiyya pada 1914.

Lingkungan Manshiyya di Palestina Utsmaniyah dihancurkan sepenuhnya oleh geng-geng Zionis yang merupakan bagian dari elemen-elemen pendiri Israel.  Namun, Masjid Hasan Beg diselamatkan dari pembongkaran karena takut akan potensi tanggapan keras dari masyarakat internasional.

Didirikan pada 1948 di sebagian besar tanah Palestina yang bersejarah, negara Israel secara administratif menghubungkan kota Jaffa dengan kotamadya ibu kota Tel Aviv. Israel, termasuk kota tua Jaffa, berada di bawah manajemen administrasi lokal Tel Aviv dimana pintu Masjid Hasan Beg ditutup untuk umat Islam.

Orang-orang Palestina masih ingat, selama bertahun-tahun masjid ini digunakan sebagai lumbung dan tempat perlindungan hewan, bahkan sering menjadi tempat para pecandu narkoba.

Dilansir di Anadolu Agency, Rabu (20/10), meski terputus dari lingkungan Muslim, dan selanjutnya dibangun hostel maupun tempat hiburan di sekitar masjid, rumah ibadah itu dibuka kembali untuk beribadah pada akhir 1970-an oleh komunitas Muslim Jaffa.

Imam Masjid Hasan Beg, Sheikh Ahmad Abu Ajwa, mengatakan Israel sedang berusaha untuk menghancurkan identitas Arab-Islam dari tanah Palestina yang bersejarah.

"Tidak ada yang tersisa dari lingkungan Manshiyya kecuali masjid ini, yang telah menyaksikan sejarah," katanya. Ia menambahkan, semua ini terjadi setelah Nakba (bencana), mengacu pada pembentukan negara Israel pada 1948, ketika ratusan ribu orang Palestina mengungsi atau meninggalkan rumah mereka.

Sheikh Abu Ajwa pun menekankan, masjid ditutup untuk beribadah tepat setelah berdirinya Israel. Masjid Hasan Beg yang berada di lingkungan Manshiyya, di mana orang-orang Palestina menjadi sasaran migrasi paksa dan menjadi sasaran serangan berulang.

Dia mencatat, masjid ini memiliki area sholat untuk sekitar 3.000 orang. Masjid Hasan Beg secara harfiah adalah mahakarya Utsmaniyah. Siapa pun yang melihat struktur masjid, dari pintu masuk hingga mimbar dan mihrabnya, akan melihat bahwa itu adalah karya raksasa Utsmaniyah.

“Semua warga Palestina, terutama penduduk Yerusalem yang diduduki, dan saudara-saudara kita di Turki telah memberikan dukungan penuh kepada masjid ini,” tambahnya.

Asosiasi Mirasimiz (Pusaka Kita) Turki, yang bekerja pada pelestarian warisan Ottoman di Yerusalem dan wilayah sekitarnya, memulihkan fasad timur dan timur laut masjid. Mereka berupaya merekonstruksi dinding tenggara masjid sesuai dengan arsitektur Ottoman pada 2009.

Asosiasi ini dibentuk dalam kemitraan dengan Yayasan Al-Aqsa, yang didirikan oleh warga Palestina Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement