Rabu 20 Oct 2021 14:59 WIB

Korea Utara Uji Coba Rudal Kapal Selam

Korea Utara menembakkan rudal balistik di lepas pantai timur.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik baru yang lebih kecil dari kapal selam, dan dikonfirmasi oleh media pemerintah mengkonfirmasi pada Rabu (20/10).
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik baru yang lebih kecil dari kapal selam, dan dikonfirmasi oleh media pemerintah mengkonfirmasi pada Rabu (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik baru yang lebih kecil dari kapal selam, dan dikonfirmasi oleh media pemerintah mengkonfirmasi pada Rabu (20/10). Laporan dari media pemerintah itu muncul sehari setelah militer Korea Selatan melaporkan bahwa mereka yakin Korea Utara telah menembakkan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM), di lepas pantai timur.

Kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA, melaporkan, SLBM tipe baru diluncurkan dari kapal selam yang sama, yang terlibat dalam uji coba SLBM lama pada 2016. Korea Utara memiliki armada besar kapal selam tua. Tetapi belum mengerahkan kapal selam rudal balistik operasional, di luar kapal eksperimental kelas Gorae yang digunakan dalam uji coba. KCNA mengatakan SLBM baru menampilkan kemampuan canggih termasuk mobilitas sayap dan mobilitas lompat luncur.

“(SLBM) akan sangat berkontribusi untuk menempatkan teknologi pertahanan negara pada tingkat tinggi, dan untuk meningkatkan kemampuan operasional bawah laut angkatan laut kita,” tambah KCNA.

Foto-foto yang dirilis oleh KCNA menunjukkan rudal yang lebih tipis dan lebih kecil dari desain SLBM Korea Utara sebelumnya. Rudal tersebut kemungkinan merupakan model yang sebelumnya tidak terlihat, yang pertama kali dipamerkan di pameran pertahanan di Pyongyang pekan lalu.

SLBM yang lebih kecil bisa berarti lebih banyak rudal yang disimpan di satu kapal selam, meskipun dengan jangkauan yang lebih pendek. Hal ini berpotensi menempatkan Korea Utara lebih dekat untuk menerjunkan kapal selam rudal balistik operasional (SSB).

“Meskipun desain SLBM Korea Utara yang lebih kecil dapat memungkinkan lebih banyak rudal per kapal, itu juga dapat memungkinkan desain SSB yang lebih kecil dan tidak terlalu menantang, termasuk integrasi/konversi yang lebih mudah pada kapal selam yang sudah ada sebelumnya,” ujar seorang peneliti pertahanan di Institut Internasional untuk Studi Strategis, Joseph Dempsey.

Rekan peneliti senior di James Martin Center for Nonproliferation Studies di California, Dave Schmerler, mengatakan, Korea Utara mencoba mendiversifikasi opsi peluncuran kapal selam mereka. Schmerler mengatakan, lompatan meluncur adalah cara untuk mengubah lintasan rudal agar lebih sulit dilacak dan dicegat.

“Ini adalah perkembangan yang menarik tetapi dengan hanya satu kapal selam di dalam air yang dapat meluncurkan satu atau dua dari ini (rudal), itu tidak banyak berubah," ujar Schmerler.

Mantan perwira Angkatan Laut Korea Selatan yang mengajar di Universitas Kyungnam Seoul, Kim Dong-yup, mengatakan, rudal itu bisa menjadi versi lanjutan dari KN-23, yaitu rudal balistik jarak pendek yang pertama kali diuji pada 2019. Korea Utara telah melakukan sejumlah uji coba dalam beberapa tahun terakhir. Para analis mengatakan, rudal balistik jarak pendek dirancang untuk menghindari sistem pertahanan rudal di Korea Selatan.

Gedung Putih mendesak Korea Utara untuk menahan diri dari “provokasi” lebih lanjut. Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan,  Amerika Serikat (AS) tetap terbuka untuk terlibat secara diplomatik dengan Korea Utara atas program senjatanya.

Pyongyang sejauh ini telah menolak tawaran untuk berdialog dengan AS. Mereka menuduh AS dan Korea Selatan membicarakan diplomasi, serta meningkatkan ketegangan dengan kegiatan militer mereka. Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chung Eui-yong pada Rabu menyerukan Washington untuk melonggarkan sanksi, jika Korea Utara kembali dalam perundingan denuklirisasi.

"Tindakan harus diambil sesegera mungkin untuk menghentikan Korea Utara mengembangkan kemampuan nuklir dan rudal lebih lanjut. Saya pikir mempertimbangkan sanksi yang melonggarkan pasti bisa menjadi pilihan," ujar Chung.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement