Jumat 22 Oct 2021 18:29 WIB

Segudang Tanya Soal Penamaan Jalan Kemal Attaturk

Rencana pemberian nama jalan Attaturk telah menimbulkan banyak reaksi negatif

Rep: Andrian Saputra/ Red: Esthi Maharani
Mustafa Kemal Ataturk
Foto: tangkapan layar
Mustafa Kemal Ataturk

IHRAM.CO.ID, Imam Masjid Islamic Center of New York yang juga Presiden Nusantara Foundation, ustaz Muhammad Shamsi Ali mengritik rencana pemberian nama jalan di Jakarta dengan nama Kemal Attaturk yakni presiden pertama Turki. Ustaz Shamsi Ali menjelaskan Kemal Attaturk dikenal sebagai Bapak sekularisme Turki. Bahkan lebih dari itu Kemal Attaturk dikenal sebagai sosok yang tidak saja menumbangkan Ottoman Empire (Khilafah Utsmaniyah). Tapi juga sangat identik sebagai sosok yang anti agama.

"Di bawah kekuasaan Attaturk Islam dibumi hanguskan di Turki. Simbol-simbol agama dilarang bahkan dianggap kejahatan. Semua gedung-gedung publik, termasuk sekolah, kantor pemerintahan hingga ke parlemen tidak memperbolehkan simbol agama. Jilbab diharamkan. Bahkan azan yang berbahasa Arab pun diganti menjadi azan yang berbahasa Turki," kata ustaz Shamsi dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika,co.id pada Kamis (21/10).

"Saya tidak bermaksud merincikan lagi sepak terjang Kemal Attaturk sebagai musuh Islam (dan agama). Karena saya yakin hal ini sudah menjadi pengetahuan dasar umum (ma’kumun bid-dhorurah). Hanya orang bodoh atau pura-pura bodoh yang tidak tahu atau juga pura-pura tidak tahu," tambahnya.

Ustaz Shamsi mengatakan dengan rencana pemberian nama jalan Attaturk di sebuah jalan utama, pusat kota Jakarta yang istimewa (Menteng) telah menimbulkan banyak reaksi negatif, bahkan terjadi resistensi. Ia pun mempertanyakan mengapa yang dipilih adalah sosok Attaturk? Dan mengapa rencananya nama itu akan digunakan di sebuah jalan di kawasan Menteng?

Ustaz Shamsi mengatakan ada beberapa pertanyaan yang mengganjal di benak banyak orang. Diantaranya yakni alasan mengapa nama Kemal Attatruk yang dipilih sebagai nama sebuah jalan di ibukota? Padahal menurut ustaz Shamsi sosok Kemal Attaturk jelas dikenal  sebagai master sekularisme Turki. Sementara Indonesia dikenal sebagai negara yang tidak menghendaki sekularisme (apalagi ateisme) tapi juga tidak menghendaki agama apapun untuk dijadikan sebagai dasar bernegara. Artinya menurut ustaz Shamsi Kemal Attaturk adalah sosok yang tidak dikehendaki oleh Indonesia yang memahami agama sebagai bagian penting dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selain itu ustaz Shamsi juga mempertanyakan siapa  yang menentukan nama tokoh yang akan dipakai sebagai nama jalan? Apakah Indonesia yang mengusulkan? Atau pihak Turki sendiri yang mengusulkan?

"Kalau seandainya Indonesia yang mengusulkan, kira-kira latar belakang pemikirannya apa? Apa yang ingin dituju dengan menjadikan Attaturk sebagai tokoh yang begitu besar hingga dijadikan  nama jalan? Tidakkah keputusan (pemilihan) ini bertentangan dengan spirit bangsa dan negara Indonesia? Kalau sekiranya pihak pemerintah Turki yang memilih, lalu apa pula latar belakangnya? Apakah ini sebuah konfirmasi bahwa pemerintahan Erdogan mulai panik dengan menguatnya oposisi sejak pecah dengan kelompok Fethullah Gulen?" katanya.

"Ada kecurigaan bahwa ketika seseorang terlalu disanjung, bahkan beberapa pihak di Indonesia, akan kerasukan perasaan heroisme (kepahlawanan). Khawatirnya (Semoga tidak) Erdogan mulai kemasukan perasaan itu. Selain itu harus dipahami bahwa Erdogan adalah politisi yang tentunya punya ambisi pribadi, kelompok dan kepentingan nasionalnya. Salah satu kepentingan Turki adalah menjaga keanggotaannya di organisasi NATO," tambahnya.

Selain itu ustaz Shamsi juga mempertanyakan apa yang akan dituju dari penamaan jalan dengan nama Kemal Attaturk.

"Negatif mind (pemikiran negatif) saya mengatakan jangan-jangan ini bagian dari konspirasi untuk semakin menguatkan sekularisme di negara Muslim terbesar dunia. Sehingga Sesungguhnya ini adalah bagian dari “Islamophobia” global untuk semakin memarjibalkan nilai-nilai Islam (agama) dalam kehidupan publik," katanya.

"Kalau sekiranya saya benar, tentu ini paradoks dengan apa yang lumayan bagus sedang dikembangkan oleh pemerintahan RI saat ini. Salah satunya adalah menggalakkan berbagai insitusi yang berdasar Syariah, termasuk keuangan, perbankan dan ekonomi Syariah secara umum. Bahkan Bung Menteri Sandiaga Uno sedang menggalakkan pariwisata yang berbasis Syariah," tambah ustaz Shamsi

"Karenanya jangan sampai hal sepele ini memberi ruang bagi publik untuk menguak kebijakan paradoks pemerintah. Di satu sisi menggemborkan kata Syariah dalam kegiatan ekonomi. Tapi di sisi lain ingin menghadirkan imej jika Islam (Syariah) itu anti negara. Sebagaimana Attaturk pernah melakukan di masanya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement