IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Imam Syafii dalam Fikih Manhaji menjelaskan tentang sebuah hadis yang melatarbelakangi sejarah shalat menghadap kiblat. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Barra bin Azib berkata, “Rasulullah SAW shalat menghadap Baitul Maqdis selama 16-17 bulan, padahal beliau lebih senang menghadap Ka’bah,”.
Dari hadis tersebut, Allah SWT menurunkan firman-Nya dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 144, “Qad nara taqalluba wajhika fi as-samaa-i,”. Yang artinya, “Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit,”.
Semenjak itulah, Rasulullah SAW shalat menghadap kiblat. Bila demikian, maka sejarah dimulainya shalat menghadap kiblat bermula sejak awal hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah.
Lantas bagaimana cara mengenali kiblat?
Ka’bah bisa jadi dekat dengan orang yang hendak shalat sehingga bisa dilihat dan bisa jadi jaraknya jauh sehingga tidak mungkin dilihat. Orang yang berada di dekat Ka’bah wajib menghadap kiblat secara meyakinkan, sedangkan orang yang jauh dari Ka’bah wajib menghadap kiblat berdasarkan bukti-bukti bersifat dugaan, jika tidak mungkin mendapatkan bukti yang kuat.