Selasa 26 Oct 2021 10:16 WIB

Sekjen PBB Serukan Pemerataan Vaksin Covid-19

Tiga perempat vaksin yang ada telah diberikan ke negara berpenghasilan tinggi.

Rep: Puti Almas/ Red: Friska Yolandha
Warga memperlihatkan botol vaksin Pfizer saat mendapatkan vaksinasi COVID-19 di Banda Aceh, Aceh, Senin (25/10). Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan agar terwujudnya pemerataan vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) di seluruh dunia.
Foto: ANTARA / Irwansyah Putra
Warga memperlihatkan botol vaksin Pfizer saat mendapatkan vaksinasi COVID-19 di Banda Aceh, Aceh, Senin (25/10). Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan agar terwujudnya pemerataan vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) di seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan agar terwujudnya pemerataan vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) di seluruh dunia. Ia mengatakan bahwa saat ini hal itu belum dapat terealisasikan sepenuhnya. 

“Kemenangan vaksin, dikembangkan dan dibawa ke pasar dalam kecepatan yang luar biasa. Tapi, ini dihancurkan oleh tragedi distribusi yang tidak merata,” ujar Guterres dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kesehatan Dunia yang digelar di Ibu Kota Berlin, Jerman pada Selasa (26/10). 

Baca Juga

Sebanyak tiga perempat dari semua vaksin COVID-19 telah diberikan ke negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas. Menurut Guterres, nasionalisme dan penimbunan vaksin membuat semua orang dalam bahaya.

“Sistem kesehatan secara global telah hancur oleh pandemi COVID-19. Komitmen kami untuk mencapai kesehatan untuk semua tidak pernah lebih penting,” jelas Guterres.

Sekitar 6.000 ahli dari seluruh dunia diperkirakan akan berpartisipasi dalam KTT Kesehatan Dunia, yang akan berlanjut pada Selasa (26/10). Acara ini digelar secara daring.

Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa pandemi COVID-19 dapat dikendalikan. Namun, ia menegaskan bahwa ini membutuhkan pasokan dan pembagian vaksin yang jauh lebih besar oleh pemerintah, serta produsen ke negara-negara paling rentan di dunia, didorong oleh komitmen untuk kesetaraan dan solidaritas.

“Kerusakan yang disebabkan oleh COVID-19 telah menggarisbawahi perlunya arsitektur kesehatan global yang lebih kuat dan komitmen politik tingkat tinggi, melalui kesepakatan global untuk mencegah dan menanggapi pandemi,” kata Tedros.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement