Rabu 27 Oct 2021 09:08 WIB

Kekurangan Pasokan Global, Minyak Tetap Tertinggi Sejak 2014

Analis menilai krisis energi masih jauh dari reda.

Ilustrasi kilang.
Foto: AP
Ilustrasi kilang.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik tipis ke level tertinggi sejak 2014 pada akhir perdagangan Selasa (26/10). Kenaikan didukung oleh kekurangan pasokan global dan permintaan yang kuat di Amerika Serikat, konsumen terbesar dunia.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik 41 sen atau 0,5 persen menjadi menetap di 86,40 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember berakhir 89 sen atau 1,1 persen lebih tinggi di 84,65 dolar AS per barel.

Itu adalah penutupan tertinggi untuk kedua acuan global sejak Oktober 2014. Reli terjadi menjelang laporan persediaan AS dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, pada Selasa dan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu waktu setempat. Analis memperkirakan data persediaan mingguan minyak AS terbaru menunjukkan peningkatan 1,9 juta barel dalam stok minyak mentah.

"Krisis energi masih jauh dari mereda, jadi kami memperkirakan kekuatan besar pada harga minyak pada November dan Desember karena pasokan tertinggal dari permintaan dan karena OPEC Plus tetap tidak bertindak," kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy.

OPEC Plus, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia, saat ini meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan. Akan tetapi mereka telah menolak seruan untuk meningkatkan produksi lebih cepat dalam menanggapi lonjakan harga.

"Harga minyak mentah terus naik dan permintaan agar OPEC meningkatkan produksi terus diabaikan. Satu-satunya hal yang akan membuat OPEC Plus termotivasi adalah jika operator swasta AS memberi sinyal, mereka akan meningkatkan produksi," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Goldman Sachs mengatakan Brent kemungkinan akan terdorong di atas perkiraan akhir tahun sebesar 90 dolar AS per barel, sementara Larry Fink, kepala eksekutif manajer aset terbesar di dunia BlackRock mengatakan ada kemungkinan besar minyak mencapai 100 dolar AS. Dengan harga minyak dan gas di tertinggi multi-tahun, produsen serpih AS siap untuk memberikan laba terkuat sejak awal pandemi virus corona, selama mereka tidak mengunci penjualan terkait dengan harga yang jauh lebih rendah.

Sementara itu pasar tenaga listrik dan batu bara China agak mendingin setelah intervensi pemerintah. Harga energi tetap tinggi di seluruh dunia ketika suhu turun dengan awal musim dingin di utara.

Konsumsi bensin dan sulingan di Amerika Serikat kembali sejalan dengan rata-rata lima tahun setelah lebih dari satu tahun penurunan permintaan, dan pasar akan mengamati dengan cermat tingkat persediaan AS. Presiden AS Joe Biden akan membahas harga energi, program nuklir Iran dan masalah rantai pasokan selama perjalanannya ke Eropa minggu ini untuk menghadiri pertemuan para pemimpin G20.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement