Rabu 27 Oct 2021 19:05 WIB

Pejabat Israel di Yerusalem Harap Pembukaan Konsulat Batal

Wali kota Israel di Yerusalem berharap pejabat Israel mencegah pendirian konsulat AS

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
 Muslimah menunggu di bawah naungan pohon zaitun untuk memulai salat Jumat di Masjid Kubah Batu di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem,  Jumat (10/9). Wali kota Israel di Yerusalem berharap pejabat Israel mencegah pendirian konsulat AS.
Foto: AP/Mahmoud Illean
Muslimah menunggu di bawah naungan pohon zaitun untuk memulai salat Jumat di Masjid Kubah Batu di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Jumat (10/9). Wali kota Israel di Yerusalem berharap pejabat Israel mencegah pendirian konsulat AS.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Wali kota Israel di Yerusalem, Moshe Lion, berharap negaranya tetap berupaya membatalkan rencana Amerika Serikat (AS) membuka kembali gedung konsulat untuk Palestina di kota tersebut. Politisi sayap kanan itu menilai ia dan jajarannya belum siap jika Washington merealisasikan rencananya.

“Saya sangat berharap para pejabat diplomatik, pemerintah Israel, mencegah pendirian konsulat ini. Saya kira itulah yang sangat terjadi sekarang. Saya tidak berpikir kami dalam siaga yang sangat tinggi untuk (konsulat Palestina) ini dibangun,” kata Lion, dikutip laman Asharq Al-Awsat, Rabu (27/10).

Baca Juga

Namun, dia yakin rencana AS tersebut kalaupun terlaksana tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Kendati demikian, Lion membantah laporan media yang menyebut pemerintahannya akan memboikot layanan umum, seperti memutus aliran air atau listrik ke gedung konsulat, jika Washington mewujudkan rencananya.

“Tidak mungkin, tidak ada niat seperti itu. Di mana pun pemerintahan kota harus memberikan layanan. Seseorang harus menyediakan ini secara hukum dan tidak ada alasan untuk tidak melakukannya,” ujar Lion.

Sebelumnya Wakil Menteri Luar Negeri Israel Idan Roll mengatakan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dapat membatalkan rencananya membuka kembali gedung konsulatnya untuk Palestina di Yerusalem. Hal itu bisa terjadi karena Israel telah menentang rencana tersebut.

“Saya yakin, saya punya alasan bagus untuk berpikir ini (langkah AS membuka kembali konsulatnya untuk Palestina) tidak akan terjadi,” kata Roll saat diwawancara Ynet Tv Israel pada Ahad (24/10).

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah mengatakan negaranya akan melanjutkan rencananya membuka kembali konsulat AS untuk Palestina di Yerusalem. "Kami akan bergerak maju dengan proses pembukaan konsulat sebagai bagian dari pendalaman hubungan dengan Palestina," kata Blinken di Departemen Luar Negeri AS pada 13 Oktober lalu.

Pada Desember 2017, AS di bawah pemerintahan mantan presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. AS menjadi negara pertama di dunia yang memberi pengakuan semacam itu. Pada Mei 2018, Washington memindahkan kedutaan besarnya untuk Israel ke Yerusalem. Di tahun yang sama, pemerintahan Trump menutup konsulat AS untuk Palestina di Yerusalem Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement