Jumat 29 Oct 2021 13:09 WIB

Brunei Tegaskan Myanmar Masih Bagian dari ASEAN

ASEAN menawarkan bantuan ke ASEAN melalui implementasi konsensus lima poin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah (tengah) dan Sekjen ASEAN Lim Jock Hoi (kanan) berjalan bersama saat menghadiri KTT ASEAN, di Gedung Sekretariat ASEAN, di Jakarta, Sabtu (24/4//2021).
Foto: Antara/HO-Setpres
Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah (tengah) dan Sekjen ASEAN Lim Jock Hoi (kanan) berjalan bersama saat menghadiri KTT ASEAN, di Gedung Sekretariat ASEAN, di Jakarta, Sabtu (24/4//2021).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR SERI BEGAWAN -- Brunei menyatakan Myanmar adalah bagian dari keluarga ASEAN. Sultan Brunei Hassanal Bolkiah menekankan, keanggotaan Naypyidaw masih terus berlanjut di kelompok negara Asia Tenggara itu.

"Myanmar adalah bagian integral dari keluarga ASEAN dan keanggotaan mereka tidak dipertanyakan. ASEAN akan selalu ada untuk Myanmar dan kami terus menawarkan bantuan melalui implementasi konsensus lima poin," ujar Sultan Hassanal dikutip dari Al Jazirah.

Baca Juga

Sultan mengatakan kelompok terorganisir beranggotakan 10 negara itu berharap para jenderal akan bekerja dengan utusannya untuk meredakan krisis politik. "Myanmar akan kembali normal, sesuai dengan kehendak dari rakyatnya," ujarnya.

ASEAN menunjuk Menteri Luar Negeri Kedua Brunei Erywan Yusof sebagai utusan khusus Myanmar pada Agustus setelah berbulan-bulan perselisihan. Dia belum mengunjungi negara itu karena militer telah menolak untuk mengizinkannya bertemu dengan Aung San Suu Kyi, yang diadili atas sejumlah tuduhan. Dakwaan tersebut bisa membuatnya dipenjara selama beberapa dekade.

Atas sikap Myanmar tersebut, pemimpin militer Min Aung Hlaing tidak diundang sebagai perwakilan di Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada tiga hari lalu. Myanmar pun memutuskan untuk tidak terlibat dalam partisipasi nonpolitik dalam agenda pertemuan tersebut.

Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah menekankan, ketidakhadiran itu adalah pilihan Myanmar. Masih tidak jelas apakah negara itu akan bergabung dalam pertemuan di masa depan. "Itu pertanyaan satu juta dolar yang tidak bisa saya jawab," kata Saifuddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement