Sabtu 30 Oct 2021 23:40 WIB

Jembatan Putus, 141 KK Desa Semoi Dua PPU Sempat Terisolasi

Akses warga Desa Semoi Dua sempat terputus setelah jembatan terbawa arus sungai.

Jembatan Roboh (Ilustrasi)
Foto: dok.Istimewa
Jembatan Roboh (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEPAKU -- Akses jalan bagi 141 kepala keluarga (KK) di Desa Semoi Dua, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur kembali terbuka pada Sabtu (30/10). Sejak Sabtu pagi, Desa Semoi Dua sempat terisolasi setelah jembatan dari kayu log terbawa derasnya arus sungai.

"Alhamdulillah aksesnya sudah terbuka setelah kami bergotong-royong dengan masyarakat untuk membuat jembatan darurat dari kayu," ujar Kepala Desa Semoi Dua Hadi Muntoro dihubungi melalui telepon seluler, Sabtu (30/10) malam.

Baca Juga

Menurutnya, sebanyak 141 KK tersebut tersebar pada 3 RT desa setempat. Tidak ada banjir yang menggenangi permukiman warga, namun sejak pagi mereka tidak bisa beraktivitas karena jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses warga baik untuk menggarap lahan maupun aktivitas lainnya.

Ia menuturkan, bahwa jembatan yang terseret arus pagi tadi merupakan jembatan darurat yang dibuat dari kayu beberapa kayu log, namun jembatan ini dibuat seadanya. Sehingga ketika permukaan air sungai naik dan arusnya deras, maka dengan mudah kayu log tersebut hanyut.

Hadi melanjutkan, lebar aliran air pada sungai tersebut adalah 8 meter, sementara lebar gerusan tanah pada jembatan sementara tersebut mencapai 14 meter. Ia juga mengatakan bahwa kayu gelondongan/ kayu log dari jembatan yang terseret arus sungai, masih bisa diselamatkan warga, sehingga kayu tersebut kemudian digunakan untuk tambahan membuat jembatan darurat lagi agar masyarakat bisa beraktivitas.

"Kayu gelondongan tersebut besar dan panjang, sehingga warga harus memotong untuk bisa menariknya karena tidak punya alat berat, sehingga harus dipotong dan tarik beramai-ramai agar bisa dimanfaatkan untuk membuka jembatan darurat lagi," katanya.

Ia bersyukur karena warga Semoi Dua merupakan warga yang tanggap dalam menghadapi bencana, sehingga jika terjadi sesuatu, warga langsung berkoordinasi untuk mencari solusi dan melakukan berbagai hal dengan bergotong-royong.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement