Senin 01 Nov 2021 09:52 WIB

IHSG Dibuka Menguat Seiring Kenaikan Indeks Saham Global

IHSG menguat ke level 6.618,12 seiring dengan naiknya bursa saham global

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (16/8/2021). IHSG menguat ke level 6.618,12 seiring dengan naiknya bursa saham global, baik di Asia maupun tiga indeks saham utama Wall Street.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (16/8/2021). IHSG menguat ke level 6.618,12 seiring dengan naiknya bursa saham global, baik di Asia maupun tiga indeks saham utama Wall Street.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona positif awal pekan ini, Senin (1/11). IHSG menguat ke level 6.618,12 seiring dengan naiknya bursa saham global, baik di Asia maupun tiga indeks saham utama Wall Street.  

Phillip Sekuritas Indonesia pun memperkirakan IHSG akan cenderung menguat pada perdagangan hari ini. Dari Asia, menurut riset Phillip, investor mencerna rilis data resmi Composite PMI China yang turun ke level 50,8 di bulan Oktober dari level 51,7. 

Baca Juga

Data Manufacturing PMI China kembali mencatatkan kontraksi dengan turun ke level 49,2 dari level 49,6 di bulan September akibat tingginya harga bahan mentah dan melemahnya permintaan. Sementara itu, data resmi Non-Manufacturing (Services) PMI turun tipis di bulan OKtober ke level 52,4 dari level 53,2.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) turun menjadi 1,55 persen setelah data memperlihatkan belanja konsumen di AS yang masih cukup kuat. Personal Spending tumbuh 0,6 perse  MoM di bulan September setelah rebound 1,0 persen MoM di bulan Agustus.

"Ini sebuah indikasi tingginya tingkat kepercayaan masyarakat seiring turunnya jumlah kasus penularan virus Covid-19," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya dikutip Senin (1/11).

Namun demikian, tekanan harga masih terus berlangsung di bulan September dengan Core Personal Consumption (PCE) Price Index naik 0,2 persen MoM. Level ini terendah sejak Februari dan menyusul kenaikan 0,3 persen MoM di bulan Agustus.

Tekanan harga tidak hanya terjadi di AS. Rilis data pada hari Jumat memperlihatkan inflasi di zona Euro lompat 4,1 persen di bulan Oktober. Laju ini lebih cepat dari kenaikan 3,4 persen pada bulan sebelumnya sehingga menciptakan dilema kebijakan bagi bank sentral Eropa (ECB).

Di Jepang, aktivitas sektor manufaktur selama bulan Oktober justru mencatatkan laju pertumbuhan tercepat dalam enam bulan terakhir. Perhitungan akhir data au Jibun Bank Japan Manufacturing PMI naik ke level 53,2 dari level 51,5 di bulan September sehingga memperpanjang trend kenaikan menjadi sembilan bulan beruntun. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement