Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yuangga Kurnia Yahya

Kontestasi Para Raja Minyak dalam Dunia Olahraga

Olahraga | Tuesday, 02 Nov 2021, 17:19 WIB

Klub liga premier Inggris, Newcastle United resmi diakuisi oleh konsorsium asal Arab Saudi, Public Investment Fund (PIF) pada Kamis (7/10/2021). Dalam situs resmi Liga Inggris disebutkan bahwa setelah selesainya Tes Pemilik dan Direktur Liga Inggris, klub (Newcastle United) telah dijual ke konsorsium dengan segera.

Konsorsium yang dimiliki oleh putra mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman (MBS) telah membeli saham mayoritas sebesar 80% klub liga premier yang bermarkas di St. James Park tersebut. Setelah pada tahun sebelumnya keinginan MBS tersebut ditolak oleh Liga Premier Inggris karena adanya dugaan pembajakan siaran di Arab Saudi. Hal tersebut membuat beIN Sports milik Qatar, sebagai pemegang hak siar liga Inggris dilarang beroperasi di Arab Saudi. Pada Rabu (6/10/2021), Arab Saudi mencabut larangan tersebut untuk mewujudkan ambisi putra mahkota Arab Saudi tersebut.

Dengan demikian, Arab Saudi menambah daftar para raja minyak yang membeli saham klub sepakbola di Eropa. Sebelumnya, ada Sheikh Mansour dari Uni Emirat Arab (UEA) yang memiliki klub Manchester City sejak 2008 dan Otoritas Investasi Qatar yang dipimpin oleh Nasser al-Khelaifi yang mengakuisisi klub asal kota Paris, Paris Saint-Germain (PSG).

Olahraga dan Politik Timur Tengah

Mahfoud Amara, Associate Professor di bidang Ilmu Olahraga dan Manajemen Qatar University menuliskan buku berjudul Sports, Politics, and Society in Arab World pada 2012. Di dalam bukunya, ia menyebutkan bahwa olahraga menjadi “alat” bagi para pemimpin di negara-negara teluk untuk mereposisi negara-negara mereka di peta politik dunia.

Olahraga memiliki daya tarik tersendiri bagi para miliarder dari negara teluk untuk menginvestasikan kekayaan mereka. Negara-negara yang tergabung dalam Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk (Gulf Cooperation Council) dalam dua decade terakhir berlomba-lomba dalam melebarkan sayap investasi mereka di dunia olahraga. Di samping itu, ini adalah cara untuk meneguhkan eksistensi negara-negara teluk tersebut dan membangun nation-branding di mata dunia.

Pada 2019, total 6,5 miliar dolar diinvestasikan dari 6 negara tersebut di bidang olahraga. Jumlah tersebut tergolong sedikit karena hanya mencapai total 5% dari keseluruhan investasi di bidang olahraga dunia. Karenanya, pemerintah negara-negara yang tergabung di GCC tersebut secara serius menempatkan investasi di bidang olahraga menjadi fokus dari pengembangan strategis nasional mereka. Berbagai investasi di bidang olahraga tersebut berada di bawah otoritas pemerintahan negara-negara tersebut.

Selain memiliki saham di berbagai klub olahraga, para miliarder tersebut juga tak segan-segan menggelontorkan dana untuk memberikan sponsor kepada klub-klub besar di Eropa. Emirates misalnya, maskapai milik UEA ini bekerjasama dengan FIFA partner, Arsenal, PSG, Hamburger SV, Olympiakos, AC Milan, dan Real Madrid. Bahkan, stadion markas Arsenal diberi nama Emirates Stadium karena penyelesaian pembangunan stadion tersebut dibantu kucuran dana dari maskapai asal UEA tersebut.

Tidak hanya berhenti di sepakbola, bisnis ini juga merambah berbagai olahraga lainnya. Sebutlah seperti golf, kriket, hoki, tenis, formula 1, rugby, dan Moto GP. Berbagai negara tersebut berlomba turut andil dalam gelaran olahraga bergengsi tersebut. Qatar merupakan negara yang lebih dulu menyelenggarakan event kelas dunia lomba balap motor Motograndprix yang dikenal dengan Moto GP di sirkuit Losail. Adapun di perhelatan balap mobil Formula 1 (F1), Bahrain telah menjadi penyelenggara di tahun 2004 di Bahrain International Circuit atau Sirkuit Sakhir. Lalu pada 2009, UEA juga turut serta menyelenggarakan balapan F1 di sirkuit Yas Marina. Terakhir, Qatar juga berhasil terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 sekaligus menjadi negara pertama di kawasan Timur Tengah yang akan menyelenggarakannya.

Geliat Saudi di bidang Olahraga

Saudi Arabia merupakan salah satu negara dengan minyak terbesar di dunia. Pada 2019, negara ini memiliki 297,6 triliun barrel sehingga menempatkannya menjadi negara dengan cadangan minyak bumi terbesar kedua di dunia.

Sebelum 2017, Saudi tampak tidak terlalu berambisi melebarkan sayap di dunia olahraga. Namun sejak 2017, Muhammad bin Salman, putra mahkota Saudi mencanangkan Visi Saudi 2030. Dalam merealisasikannya, MBS bertekad memperkuat ekonomi dengan dana dan investasi, termasuk di dalamnya investasi di bidang olahraga.

Sejak saat itu, Saudi mencoba mengejar ketertinggalannya di dunia olahraga dari para kompatriotnya. Pada Desember 2019, rematch tinju kelas berat Andy Ruiz Jr dan Anthony Joshua diadakan di negara ini. Selanjutnya, pada Januari 2020, Saudi berhasil menggelar Reli Dakar untuk pertama kalinya. Beberapa perhelatan olahraga besar lainnya juga menjadi incaran Saudi, seperti Piala Super Italia 2018 dan 2019, Formula E pada Desember 2018 dan November 2019, serta Turnamen Golf Internasional Saudi pada Februari 2020. Terbaru, PIF berhasi mengakuisisi Newcastle United mengikuti jejak Qatar dan UEA di percaturan sepakbola Eropa.

Pada 2023, Formula 1 resmi digelar di Saudi Arabia. Tidak puas di ajang balap mobil F1, Saudi juga tengah serius membangun sirkuit Moto GP yang rencananya akan dapat menyelenggarakan balapan pada 2024 atau 2025. Sirkuit ini akan dibangun di kompleks Qiddiya. Di kompleks seluas lebih dari 100 km2 ini akan dibangun lusinan sirkuit untuk balapan, baik dari reli, rallycross, motocross, dan termasuk Moto GP.

Sebagaimana disebutkan oleh Amara di atas, bisnis ini tidak hanya berhenti di bidang industri dan ekonomis. Jauh daripada itu, bisnis ini adalah dalam rangka mengubah citra kawasan ini sebagai kawasan yang mendukung untuk pelaksanaan bisnis di bidang olahraga. Selain itu, investasi di bidang olahraga merupakan lahan untuk pertarungan politik dan kontestasi sosial para negara-negara teluk tersebut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image