Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andita Belva

Pentingnya Studi Kawasan untuk Melihat Posisi Indonesia dalam Dinamika Rivalitas antara China dan AS

Politik | Tuesday, 02 Nov 2021, 17:58 WIB

Oleh: Andita Belva Putra, Mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Prodi Hubungan Internasional

Indonesia perlu untuk selalu mengembangkan fokus studi kawasan karena melakukan studi kawasan dengan meneliti suatu wilayah, Indonesia akan bisa mengetahui keunggulan dan kelemahan di wilayah tersebut, informasi yang didapatkan akan sangat berguna untuk menentukan pembangunan Indonesia di masa depan.

Studi kawasan sendiri memiliki arti sebuah kajian yang ada di dalam hubungan internasional yang didalamnya berhubungan dengan suatu wilayah atau negara dengan melihat unsur esensial di dalamnya sehingga jika dipelajari kita dapat mengerti potensi dari sebuah wilayah atau negara. Jika memperhitungkan perkembangan ekonomi dan dilihat dari posisi geopolitik Indonesia kawasan yang perlu menjadi prioritas dalam mempelajari studi kawasan adalah kawasan Asia Tenggara.

Dengan memperdalam studi kawasan Asia Tenggara, Indonesia akan mengerti keunggulan dan kelemahan kondisi negara tetangga, mengingat ada beberapa negara di ASEAN yang pertumbuhan ekonominya sangat pesat seperti Singapura dan Brunei Darussalam. Selain kawasan ASEAN, Indonesia perlu mengembangkan Studi kawasan Amerika Serikat dan Tiongkok mengingat Amerika dan Tiongkok adalah salah satu negara yang potensial yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat.

Hal tersebut tentunya bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menentukan arah pembangunan masa depan. Jika melihat ke belakang Indonesia sudah pernah bekerjasama dengan Tiongkok berkat mempelajari studi kawasan Tiongkok khususnya pada bidang infrastruktur dan Indonesia akhir-akhir ini juga melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat untuk pengadaan vaksin Covid-19.

Pada abad ke-21 politik internasional telah berubah sangat cepat. Hubungan antar negara sudah tak lagi didominasi oleh konflik dua kekuatan adidaya (bipolar) antara AS dengan Rusia yang memicu perang dingin. Namun, saat ini telah mengarah pada era kekuatan multipolar yang membentuk tatanan internasional yang baru.

Pergerakan global yang semakin penuh tantangan dan menuntut kemampuan suatu negara untuk melihat perkembangan dengan menggunakan strategi hubungan internasional yang tepat, akan membawa suatu negara mendapatkan keuntungan yang maksimal bagi kepentingan nasional. Konflik yang sedang panas akhir-akhir ini adalah rivalitas antara Amerika Serikat dengan China. Dalam esai ini penulis akan mengkaji Posisi Indonesia dalam dinamika rivalitas antara AS dan China menggunakan konsep geopolitik.

Republik Rakyat China menunjukkan kemajuan yang sangat pesat dengan pertumbuhan ekonomi 7%. Kemajuan tersebut disebabkan oleh terus bertumbuhnya pembangunan industri, perdagangan, jasa dan infrastruktur yang datang dari investor yang menanamkan investasinya di China.

China dengan pertumbuhan yang sangat pesat pastinya membutuhkan pasar untuk menjual hasil produksinya baik pasar lokal maupun internasional. Selain membutuhkan pasar, China juga membutuhkan pasokan bahan baku, energi, sumber daya alam, maka dari itu pada 2013 Presiden Xi Jinping menyampaikan inisiatif Sabuk Ekonomi Jalur Sutera dan Jalur Sutera Maritim atau sering dikenal dengan istilah OBOR (One Belt One Road). Untuk meningkatkan keamanan di kawasan Asia Pasifik, China meningkatkan anggaran militernya. Selain meningkatkan anggaran militer China juga membangun pangkalan militer.

Melihat perkembangan China yang sangat pesat, Amerika Serikat tak ingin ketinggalan. Amerika langsung mengeluarkan kebijakan ekonomi dengan slogannya America First yang pada dasarnya bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri. Presiden Donald Trump yang kala itu menjabat memiliki rencana untuk menaikkan bea masuk baja dan aluminium, langkah tersebut langsung mendapat penolakan dari China karena akan berdampak pada industri baja dan aluminium negara tersebut yang ujungnya mengurangi angka ekspor bajadan aluminium yang semakin mahal.

Namun bagi Amerika Serikat kenaikan bea masuk baja adalah usaha yang dilakukan untuk menanggulangi merosotnya penjualan baja dan aluminium akibat dari membeludaknya barang tersebut ke Amerika, serta mengantisipasi pengangguran tenaga kerja yang kehilangan pekerjaannya akibat harga baja merosot yang salah satunya diakibatkan masuknya baja dari China ke Amerika yang jauh lebih murah.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk dan wilayah terbesar di antara negara-negara ASEAN, serta memiliki lalu lintas laut yang lebih besar dan strategis dalam hubungan politik dan ekonomi dengan China dan AS. Bergabungnya Indonesia di organisasi APEC (Asian Pasific Economic Community) membuat Asia Pasifik berpotensi cukup besar untuk Indonesia karena merupakan salah satu pasar terbesar ada di Asia Pasifik.

Di samping itu, Indonesia juga tergabung di organisasi regional dalam bidang ekonomi lainnya seperti RCEP (Regional Comprihensive Economic Partnership), IORA (Indian Ocean Rim Association). Indonesia juga menjadi bagian dari Trans Pacific Partnership yang dapat menjadi indikator bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Keanggotaan Indonesia di dalam organisasi ekonomi regional maupun multilateral seharusnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia.

Semakin memanasnya rivalitas yang terjadi di Asia Pasifik antara Amerika dengan China tentunya tidak mengurangi atau mengubah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Hal tersebut terlihat dengan posisi Indonesia yang tidak memihak salah satu dari negara Amerika Serikat maupun China tanpa mengurangi potensi ekonomi bagi Indonesia. Dengan prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif, seharusnya Indonesia bisa menunjukkan arah dari hubungan internasional yang berorientasi pada manfaat ekonomi bagi Indonesia.

Jika Indonesia bisa mengimplementasikan prinsip politik luar negeri dengan benar maka Indonesia akan bisa mendapatkan keuntungan ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, tanpa mengurangi aspek perdamaian dan prinsip saling menghormati kedaulatan antar negara. Disamping aspek ekonomi, Indonesia harus tetap meningkatkan kekuatan militernya guna menjaga perdamaian dan kedaulatan Indonesia.

Dengan menggunakan kekuatan militer yang ada saat ini dan didukung oleh diplomasi bidang ekonomi yang baik maka akan mendorong peningkatan ekonomi yang saling menguntungkan baik untuk Indonesia, Amerika maupun China.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image