Rabu 03 Nov 2021 19:23 WIB

MGA Gencarkan Golf Ramah Muslim

MGA meyakinkan komunitas Muslim olahraga golf bisa selaras dengan ajaran Islam.

Rep: Umar Mukhtar/Mabruroh/Meilda Leviza/ Red: Agung Sasongko
Sarung tangan golf (ilustrasi)
Foto: 123RF
Sarung tangan golf (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, LONDON --  Amir Malik mulai menekuni golf sejak tujuh tahun lalu. Sepanjang itu, Amir merasakan asam garam penolakan karena niatannya mendirikan Asosiasi Golf Muslim (MGA). Sebuah situasi yang muncul karena merasa tak nyaman dengan kondisi klub golf yang ada.

Melalui MGA, Amir cukup gencar meyakinkan komunitas Muslim bahwa olahraga ini bisa selaras dengan ajaran Islam. Amir paham banyak umat Islam tak nyaman bermain golf karena identik tak ramah Muslim.

Baca Juga

“Dengan permainan yang memakan waktu tiga sampai empat jam, ada saatnya saya harus sholat. Dan ketika kami selesai, para pemain akan kembali ke clubhouse untuk minum, dan untuk seseorang yang tidak minum alkohol itu bisa sangat tidak nyaman. Sebanyak mungkin Anda menjadi bagian dari sebuah klub, Anda merasa seperti berada di pinggiran,” ungkapnya dilansir dari The Guardian, belum lama ini.

photo
Cameron Smith dari Australia beraksi di hole keenam selama putaran ke-2 kejuaraan golf The Open 2021 di lapangan golf Royal St George di Sandwich, Kent, Inggris, 16 Juli 2021. - (EPA/NEIL HALL)

Amir melalui MGA ingin membuat muslim merasa diterima dan nyaman selama bermain golf. Termasuk saat MGA menggelar turnamen tri-seri di Worsley Park, di Manchester, The Shire di London, dan turnamen di Forest of Arden Birmingham.

Terbentuknya MGA bermula saat Amir mengorganisir penggalangan dana amal dua tahun lalu di The Grove, salah satu kursus golf paling bergengsi di Inggris. Sebanyak 72 tiket terjual habis dalam waktu 24 jam, dan dalam seminggu sudah ada 90 orang daftar tunggu. "Saya menyadari ada respon yang sangat baik di luar sana," katanya yang mampu menggalang dana £18.000 atau setara Rp 360 juta.

“Sejak saya mendirikan MGA, saya sudah bertemu ratusan pegolf Muslim. Beberapa dari mereka sekarang berusia 60-an dan 70-an menghadapi banyak diskriminasi. Seorang laki-laki mengatakan tidak ada yang akan bermain dengannya. Segalanya menjadi lebih baik, tetapi jalan masih panjang," kata Malik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement