Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Basuni Ahmad

Resensi kitab Ulama Muda Banten KH Imaduddin Utsman

Agama | Thursday, 04 Nov 2021, 14:34 WIB

 

Judul kitab : Al-Fikratu al- Nahdiyah fi Ushuli wa furu ahli Sunnah wal jama’ah

Mu’alif/Penulis : KH. Imaduddin Utsman, MA

Penerbit : Nahdlatul Ulum Banten (1446 H)

Jumlah Halaman: 327 hal.

Sistematika penulisan kitab ini mengikuti kaidah umum sebagaimana kitab klasik di tulis terutama kitab fiqh, yaitu diawali dengan bahasan thaharah sebagai bab pembuka dengan segala kajian permasalahannya. Kitab Al-Fikratu al- Nahdiyah fi Ushuli wa furu Ahli sunnah wal Jama’ah terdiri dari 7 bab, 52 pasal, dan 165 kajian masalah.

Al-Fikratu al- Nahdiyah fi Ushuli wa furu Ahli Sunnah wal Jama’ah tidak hanya membahas penomena ikhtilaf terkait ubudiyah ringkasnya dalam (fiqh). Namun kitab ini juga membahas akidah (teologi) Asy’ariah Maturidiyah sebagai konstruk landasan akidah umat Islam dalam payung besar bernama ahli sunnah waljamaah. Pada halaman 4 dijelaskan bahwa yang dimaksud ahli sunnah wal jamaah adalah mereka yang mengikuti manhaj akidah imam Aba Hasan al- Asy’ari dan Aba Mansyur al- Maturidi. Dan ternyata madaahib al- arba’ah (mazhab empat) yaitu Imam Hanafi, As- Syafe’i, Maliki, dan Hambali masuk dalam satu gerbong besar pemikiran mengikuti akidah Asyariah ini sebagai mana pendapat Tajudin As- Subqi (atthabaqat as-Syafiiyah lisubqi) yang dijadikan referensi oleh sang mu’alif.

Jadi, secara tidak langsung kitab ini mengkomfirmasi bahwa golongan Islam non madzhab atau tidak mengikuti Paham Asyariah dalam akidah bukan bagian dari ahli sunnah waljama’ah. Karena terminologi ahli sunnah waljamaah muncul sebagai penomena jawaban perseteruan antara Mutazilah dan Jabariyah.

Kitab ini walaupun tidak berukuran babon, tetapi padat dan berbobot, karena didasarkan pada maraji otoritatif dari kitab-kitab para mujathid mutlak. Hal yang unik dan menarik penulis menyajikan hidangan permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi masyarakat umum, namun sering dianggap “kesesatan” dalam kehidupan riil menyangkut ibadah, baik yang fardu aini, kifayah ataupun berkedudukan sunnah yang biasa dilakukan warga NU semisal salat Sunnah Rebo wekasan atau tolak bala. Menurut kitab ini dibolehkan dengan syarat niatnya adalah salat sunnah hajat untuk mencegah marabahaya. Dihal 38 :

لايجوز ان ننوي مثل اصلي سنة ليوم الاربعاء الاخر من صفر ولكن ان ينوي المصلي اصلي سنة الحاجة لدفع البلاء لان صلاة الحاجة واردة عن النبي صلي الله عليه و السلام.

Membaca lebih lanjut kitab ini membawa pembaca pada permasalahan-permasalah yang “menantang” kenapa menanatang? Karena hal-hal yang biasa di kaji dalam bathsul masail oleh penulis disajikan dalam kitab kini, sehingga memudahkan pembaca mencari jawaban tanpa harus berselancar membuka lebaran-lembaran kitab induk yang beratus halaman, berpuluh bab serta berbilang kitab.

Di kitab Al-Fikratu al- Nahdiyah fi Ushuli wa furu Ahli Sunnah wal Jama’ah tinggal melihat daftar isi, kemudian membuka halaman sesuai permasalahan, maka pembaca menemukan jawaban yang didasarkan pada pendapat-pendapat ulama Syafe’iyah lengkap dengan sumber rujukan dan qaul ulama yang dijadikan refernsi.

Sebagai contoh sajian permasalahan dalam kitab ini yaitu, tentang penomena amaliah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Nusantara. Amaliah warga nusantra sering menjadi bahan bullyan dengan istilah “bid’ah dhalalah” kitab ini menepis tuduhan itu dengan dasar pijakan keilmuan tradisi pesantren. Jika dianalisis ini menunjukan dinamisme dalam memposisikan teks-teks hadis. Amaliah ulama Banten ketika rebo wekasan melaksanakan salat talak bala jelas ini menggunakan kaidah ushul الامور بمقاصدها tidak semata terpaku pada teks hadist.

Di atas sebagai contoh jika kitab Al-Fikratu al- Nahdiyah fi Ushuli wa Furu Ahli Sunnah wal Jama’ah memberikan solutif, tidak terjebak pada teks-teks agama yang bersifat normatif tanpa dibarengi pemikiran dan konteks permasalahan. Dari itu kyai tidak mudah menuduh segala sesuatu yang tak dilakukan rasullah tertolak alias dhallaah.

Kitab ini patut dimiliki oleh para kyai, ustadz ataupun dosen yang mengkaji hukum islam. Keunggulan kitab ini adalah seumpama kantong ajaib yang dimiliki oleh Doraemon, setiap permasalahan umat mampu dijawab, karena ada 165 permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan di masyarakat. 165 permasalahan ini sesungguhnya merupakan kunci pembuka untuk menjawab permasalahan lainnya. Dasar- dasar konstruk pijakan dalil kitab ini bersumber pada kitab-kitab babon diantaranya kitab Raudhah at Thalibin, Tuhfah al-Muhtaj, al-Majm”u, Hasyiah Buzaerimi, Mughi al-Muhtaz, fathul bari dan lainnya.

Hidangan yang disajikan oleh mualif kitab ini cukup luas, permasalahan ubudiyah tuntas dibahas dari thaharah hingga muamalah semisal perbangkan pun ikut dibahas. Disamping hal furuiyah terkait membaca al-Quran bagi si mayit di pekuburan. Ada pula bahasan terkait maulid nabi Muhammad SAW dan sejarah yang melingkupinya. Bahkan hukum mengucapkan hari natal ikut di kaji.

Bab 2 halaman 232 membahas Nahdlatul Ulama, asas dasar (Qonun NU), Asas NU secara pemikiran pertama, moderat dan adil dalam menyikapi permasalahan. kedua Tasamuh atau toleran kepada sesama insan. Ketiga Tawazun seimbang atau proporsional dan yang ke empat adalah Amar ma’ruf nahi Munkar.

Bahasan ahli sunnah waljamaah difokuskan pada dua tokoh pendiri Asyariah- Maturidiyah yaitu Abu Hasan Al- Asyari dan Abu Manshur al- Maturidi yang ajarannya tertuang dalam kitab-kitab khas Asyari’ah-Maturidiyah seperti kitab; maqalat al- Islamiyiin wa ihtilafi al-musholin li al- Imam al-asya’ri, al-aqidah al- thahawiyah li-ibn Ja’far al- Thahawi, al-Aqidah al- sanusiah al-kubra li Muhammad Yusuf al-Sanusiah. Inti bahasan dianataranya rukun iman, tak’wil sifat Allah, sampai tentang melihat Allah kelak di akhirat. Lihat bab 3 halaman 248.

Bab 4 halaman 364 membahas tentang Firqoh golongan diluar ahli sunnah wal jama’ah yaitu Syi’ah, Mutazilah, Khowarij, dan Murjiah. Selanjutnya Jabariah, Qodariyah, mujasimah dan Wahabiyah ada di halaman 276.

Bab 5 dan 6 seputar madahibul arba’ah dan membahas dan thobaqoh Imam Syafe’i. Bab penutup menghidangkan tokoh Tasauf rujukan Ulama Nahdlatul Ulama yaitu Abi Qosim Junaidi al-Bagdadi dan Imam Al- Ghazali

Sekilas Tentang Penulis Kyai Imaduddin Utsman, MA.

Beliau kini sebagai pengasuh Pondok Pesantren Nahdaltul Ummah Kresek Kab. Tangerang sekaligus sebagai Ketua RMI PWNU Propinsi Banten.

Kitab-kitab yang telah ditulis oleh beliau diantaranya:

1. Al-Fikratu al- Nahdiyah fi Ushuli wa furu Ahli Sunnah wal Jama’ah

2. At-thaaruf fi ilmi at-tasauf,

3. Al-Burhanu ila tajwidi al- Qur’ani

4. As-syarah al-Maimun fi Syarah Jauhar maknun

5. Nihayatuh al- maqsudi fi Syarhi Nadhomi al-maqsudi’

6. Al-Ibanah fi syarhi matni ruhbiyah

7. An-nailu al-kamilu fi Syarhi matni al-awamili

8. Talhisu al- hushuli fi ilmi al- ushuli

9. Al-Muhimmah fi syarhi al-Baiquniyah

10. Al-anwaru al-batiniyah fi jauhari an-nahwiyah

11. Fathul al-Muniru fi syarhi mandumati at-tafsiri

12. Dan sekarang penulis sedang menyusun kitab fiqh Nusantara...

Dari nama-kitab yang telah ditulis Kyai Imaduddin menunjukan beliau cukup produktif menyusun kitab dalam bahasa arab. Ini merupakan sesuatu yang langka dikalangan ulama muda Banten yang begitu aktif menulis.

Oleh. Akhmad Basuni, MA.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image