Senin 08 Nov 2021 00:50 WIB

DBD di Tangsel Meningkat Akibat Musim Hujan yang Panjang

Kondisi musim penghujan yang berkepanjangan tahun ini menjadi salah satu pemicunya.

Rep: Eva Rianti / Red: Andi Nur Aminah
Petugas melakukan pengasapan di kawasan permukiman untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti dan mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) - ilustrasi
Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Petugas melakukan pengasapan di kawasan permukiman untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti dan mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) di Tangsel mengalami peningkatan sejak pertengahan tahun 2021 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi musim penghujan yang berkepanjangan pada tahun ini menjadi salah satu faktor peningkatan tersebut.

Data Dinkes Kota Tangsel menunjukkan, angka kasus DBD di Tangsel pada tahun ini bergerak naik sejak Juli 2021 hingga saat ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Perinciannya, pada Juli 2021 tercatat kasus DBD di Tangsel sebanyak 29 kasus, sementara pada Juli 2020 sebanyak 24 kasus.

Baca Juga

Lalu, pada Agustus 2021 sebanyak 30 kasus, sedangkan pada Agustus 2020 sebanyak 14 kasus. Pada September 2021, jumlah kasus DBD di Tangsel ada 32 kasus, angka itu lebih tinggi daripada jumlah kasus DBD pada September 2020 sebanyak delapan kasus.

Angka kasus DBD pada Oktober 2021 juga tercatat lebih tinggi yakni 43 kasus dibandingkan Oktober 2020 sebanyak enam kasus. Adapun pada November 2020, kasus DBD di Tangsel ada 27 kasus, sementara pada 1 November hingga 4 November 2021 telah tercatat ada 19 kasus DBD.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar menuturkan, kondisi kasus DBD di Tangsel pada semester II tahun ini memang lebih banyak dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dia berujar hal itu seiring dengan adanya faktor musim penghujan yang panjang pada tahun ini. “Iya, dominan faktor musim penghujan yang lebih panjang,” ujar Allin melalui pesan singkat kepada Republika.co.id, Ahad (7/11).

Dengan adanya kondisi tersebut, Allin mengatakan berbagai upaya terus dilakukan, di antaranya menggencarkan gerakan satu rumah satu jumantik. Dia meminta agar masyarakat dapat bersama-sama melakukan upaya antisipasi untuk menekan angka kasus penyakit endemik tersebut.  

“Mengingatkan masyarakat untuk waspada dan melakukan 3M (menguras, menutup, dan mendaur ulang), plus satu rumah satu jumantik,” tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement