Selasa 09 Nov 2021 22:11 WIB

Coronavac dan Pfizer Dipastikan Aman untuk Remaja

Anak-anak dan remaja penting untuk ikut divaksinasi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Joko Sadewo
Oktober 2021 ini, foto yang disediakan oleh Pfizer menunjukkan dosis vaksin COVID-19 untuk anak-anak di Puurs, Belgia.
Foto: AP/Pfizer
Oktober 2021 ini, foto yang disediakan oleh Pfizer menunjukkan dosis vaksin COVID-19 untuk anak-anak di Puurs, Belgia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini, yaitu Coronavac dan Pfizer, dipastikan aman untuk remaja. Dalam masa kedaruratan, vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia.

Lektor Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dr Rahimi Syaidah, menekankan pentingnya anak-anak dan remaja untuk ikut divaksinasi, sehingga lebih aman beraktivitas di luar rumah seperti bersekolah.

"Dalam masa kedaruratan, vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia. Jadi apapun yang ada di dekat rumah kalian itu adalah vaksin yang paling baik," ujar dr. Rahimi dalam webinar pengabdian masyarakat UI pada siswa SMPN 256 Jakarta, Selasa (9/11).

Dr Rahimi menjelaskan, proses untuk membuat vaksin sangatlah panjang. Vaksin pertama kali dibuat pada 1796 oleh Edward Jenner di Inggris, untuk mengobati cacar sapi. Dimulai pada saat itu, dunia baru bebas cacar pada hampir 200 tahun setelahnya.

Untuk vaksin Covid-19, proses menemukannya juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dr Rahimi menjelaskan, sebelumnya perusahaan-perusahaan produsen vaksin telah banyak meneliti vaksin untuk penyakit-penyakit yang gejalanya mirip Covid-19, seperti ebola dan influenza.

"Teknologi sekarang juga lebih maju, pendanaan lebih banyak, lalu perizinan dipercepat karena menggunakan blueprint penyakit-penyakit sebelumnya," jelas dr. Rahimi.

Selain itu, banyak relawan bersedia ikut serta untuk uji klinis vaksin. Ia menegaskan bahwa vaksin Coronavac dan Pfizer sudah menjalani uji klinis berkali-kali dan telah terbukti efektivitasnya, sehingga ia menganjurkan anak-anak dan remaja untuk segera divaksinasi.

Untuk Coronavac, penelitian telah dilakukan pada anak-anak usia 3-17 tahun, dengan fase I dan II terbukti memberikan antibodi 100 persen. Vaksin ini telah direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 28 Juni 2021.

Sedangkan Pfizer, telah direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 28 Agustus 2021. Pada uji klinis usia 12-15 tahun telah terbukti 100 persen tidak terinfeksi COVID-19, sedangkan pada usia 16-55 tahun terbukti 95 persen mencegah COVID-19.

Sementara mengenai KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) atau gejala-gejala yang diderita pasca vaksinasi, dr Rahimi menekankan agar mengklarifikasi ke tenaga medis. Efek samping usai vaksinasi COVID-19 umumnya nyeri di bagian yang disuntik, sakit kepala, nyeri otot dan kelelahan.

Namun, banyak disinformasi yang beredar bahwa ada banyak kejadian meninggal yang disebabkan oleh vaksinasi Covid-19. Padahal, menurut dr. Rahimi, kasus-kasus kematian setelah vaksinasi terjadi secara kebetulan dan karena penerima vaksin memiliki penyakit lain.

"Banyak juga yang karena kecemasan berlebih jadi muntah-muntah dan mual-mual dan disalahkan karena vaksin. Jadi baiknya klarifikasi kalau ada efek samping semacam ini," ujar dr Rahimi.

Advertisement
Berita Lainnya