Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image lbi

Bahaya Methadone yang Perlu Diketahui

Info Terkini | Saturday, 30 Oct 2021, 15:35 WIB

Indonesia sedang menghadapi waspada merah kasus narkoba. Para pengguna narkoba di negara kita tak hanya kaum mapan, bahkan kalangan kebanyakan dan anak sekolah pun sudah dijerat. Methadone adalah salah satu jenis narkoba yang cukup banyak dikonsumsi para pengguna. Apa itu methadone dan apa saja bahayanya?

Apa itu Methadone?

Methadon adalah candu. Produk ini sejatinya digunakan sebagai obat pereda nyeri yang kuat dan sering diresepkan untuk keluhan nyeri kronis, juga memiliki efek analgesik untuk nyeri saraf. Metadon biasanya dikemas dalam bentuk tablet atau larutan oral. Methadon memiliki efek analgesik dengan bekerja pada sumsum tulang belakang dan otak, di mana bahan ini akan meredam transmisi sinyal rasa sakit. Methadon yang dikonsumsi secara oral akan diserap melalui usus dan kemudian memasuki aliran darah di mana ia bersirkulasi ke otak dan sumsum tulang belakang.

Methadon diresepkan oleh dokter yang berpengalaman dengan pereda nyeri ini, karena metadon dapat menumpuk di dalam tubuh pada penggunaan jangka panjang. Methadon diresepkan untuk nyeri kronis sedang hingga sangat parah yang tidak merespon secara memadai terhadap morfin. Misalnya pada nyeri kanker dan nyeri saraf. Methadon juga diresepkan untuk kecanduan opiat seperti heroin. Diresepkannya methadon oleh dokter tidak berarti pengguna bisa sampai kecanduan.

Efek Buruk Methadone

Meski memiliki manfaat dalam kesehatan, sayangnya, methadon juga memiliki efek samping yang merugikan. Efek samping paling umum yang dapat terjadi adalah pengguna mengalami kantuk, sembelit, mual, muntah, dan mulut kering. Juga efek samping yang tak begitu umum : penglihatan yang buruk, aritmia jantung, tekanan darah rendah pada dosis tinggi dan depresi pernapasan. Beberapa efek samping ini dapat dicegah atau diobati.

Dosis methadone harus disesuaikan dalam kasus penderita kelenjar tiroid yang berfungsi lambat, gangguan fungsi hati dan pembesaran prostat. Untuk wanita hamil pun harus hati-hati. Karena methadon dapat mencapai janin melalui plasenta, maka disarankan untuk menggunakan methadon hanya jika benar-benar diperlukan. Berkonsultasi dengan dokter spesialis dan ginekolog sebelum mengkonsumsinya.

Penggunaan methadon dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan bereaksi dan berkonsentrasi. Pengguna tidak boleh mengendarai mobil selama dua minggu setelah memulai atau meningkatkan dosis methadon yang digunakan. Juga disarankan untuk mempertimbangkan konsumsinya pada para pekerja yang berhubungan dengan operator mekanis, sebab sangat berisiko.

Methadon memiliki efek dan risiko yang sama dengan heroin. Efek adiktifnya sama. Setelah beberapa minggu penggunaan methadon, pengguna juga mengalami gejala putus obat atau sakau. Tetapi ada beberapa perbedaan penting. Dengan penggunaan heroin, efeknya sangat parah setelah beberapa detik. Ini disebut sebagai flash oleh pengguna. Methadon tidak sampai mengalami flash ini. Oleh karena itu, pecandu kronis terkadang masih menggunakan heroin selain methadon, yang juga meningkatkan risiko overdosis.

Methadon juga bertahan lebih lama dari heroin. Heroin bekerja selama 4 hingga 6 jam dan methadon selama 24 hingga 36 jam. Karena efek yang lama ini, pecandu dapat hidup sesuai dengan ritme siang dan malam yang normal. Perbedaan lainnya adalah methadon itu murni. Ini dipasok oleh apotek dan karena itu tidak mudah dipalsukan dengan zat lain. Berbeda dengan heroin yang sering dipalsukan.

Aturan Penggunaan

Methadone biasanya diresepkan dokter untuk dikonsumsi dua kali sehari. Dosis akan tergantung pada tingkat keparahan rasa sakit dan obat lain yang juga dikonsumi. Pada orang dewasa, dosis awal methadon biasanya dua setengah sampai lima miligram dua kali sehari.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image