Senin 15 Nov 2021 23:45 WIB

Pelajaran dari Jamaah Haji Demensia

Pelajaran dari Jamaah Haji Demensia bagi Keluarga dan Penyelenggara.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Pelajaran dari Jamaah Haji Demensia. Foto:  Petugas membantu jamaah haji lansia setibanya di Asrama Haji Transit di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (9/9/2019).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Pelajaran dari Jamaah Haji Demensia. Foto: Petugas membantu jamaah haji lansia setibanya di Asrama Haji Transit di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (9/9/2019).

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Indonesia menjadi negara yang banyak jamaah hajinya dan sekitar 60 persen sudah lanjut usia (lansia). Saat menjalankan ibadah haji lansia rentan terserang penyakit demensia yang merepotkan dirinya dan juga orang lain.

Sehingga akhirnya, nenek yang terserang penyakit demensia ini dikucilkan teman-teman sekamarnya, karena dinilai merepotkan. Beruntung ada petugas kesehatan yang cepat menangani masalah nenek ini.

Baca Juga

Keadaan nenek dengan penyakit demensia diceritakan M Imran S Hamdani, ketika itu kata dia, nenek yang mengalami demensia dan terkucil dari teman-teman sekamarnya langsung mendapatkan penanganan di klinik kesehatan haji Indonesia (KKHI).

"Setelah mendapat perawatan dan perhatian di KKHI selama lima hari maka dan nenek mulai membaik," tulis M Imran S Hamdani dalam bukunya Ibadah Haji di Tengah Pandemi Covid-19 Penyelenggaraan Berbasis Resiko.

Setelah mendapat perawatan di KKHI, nenek tersebut dapat melakukan komunikasi dua arah. Makan sendiri dan ke kamar mandi sendiri.

"Meskipun masih harus diawasi," katanya.

Nenek kemudian dipulangkan ke kelompoknya, karena pananganan medis sudah selesai diberikan. Selanjutnya penanganan medis, seperti pendampingan dan pengawasan dapat dilanjutkan bersama kelompoknya.

Namun, baru sehari bersama kelompoknya, nenek kembali dirujuk ke KKHI dengan alasan tidak ada yang mau menerimanya di kelompok.

"Tidak ada yang bersedia menjadi teman sekamarnya," katanya.

Padahal, sudah membaik, kondisi pun sudah kembali seperti semula. Sebagai orang awam, teman-teman kelompoknya memandang apa yang diderita oleh nenek bukan menjadi tanggung jawab mereka.

"Dengan begitu mereka tidak harus memiliki kewajiban untuk menjaga nenek," katanya.

Dalam pemahaman mereka, tanggung jawab itu seharusnya diserahkan kepada pengelola haji yang telah memfasilitasi keberangkatan seorang lanjut usia tanpa pendampingan keluarga yang tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Setelah melakukan pendekatan persuasif kepada ketua kelompok rumah nenek akhirnya dapat diterima kembali di kelompoknya. 

"Tetapi dengan catatan harus ke kamar dengan perawat," katanya.

Melalui kisah ini banyak pelajar yang mesti diambil oleh keluarga, dan para penyelenggara ibadah haji baik di Kementerian Kesehatan maupun Kementerian Agama. Harus menjadi pertimbangan, ketika mendapati keluarga yang sudah lanjut usia sebelum diberangkatkan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement