Selasa 16 Nov 2021 06:55 WIB

AS: Uji Coba Senjata Antisatelit Bahayakan Astronot

Uji coba senjata antisatelit menghasilkan puing-puing berisiko.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Sebuah roket Rusia, Soyuz 2.1 membawa satelit Lomonosov, Aist-2D dan SamSat-218 lepas landas dari kosmodrom baru Vostochnydi luar Kota Uglegorsk, Rusia, Kamis, 28 April 2016.
Foto: Kirill Kudryavtsev/Pool Photo via AP
Sebuah roket Rusia, Soyuz 2.1 membawa satelit Lomonosov, Aist-2D dan SamSat-218 lepas landas dari kosmodrom baru Vostochnydi luar Kota Uglegorsk, Rusia, Kamis, 28 April 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) melaporkan, Rusia telah melakukan uji senjata antisatelit terhadap salah satu targetnya sendiri pada Senin (16/11). Upaya itu menghasilkan puing-puing yang berisiko bagi astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional dan aktivitas lain di luar angkasa.

"Perilaku Rusia yang berbahaya dan tidak bertanggung jawab membahayakan keberlanjutan jangka panjang ... luar angkasa dan dengan jelas menunjukkan bahwa (klaim) Rusia untuk menentang persenjataan luar angkasa adalah tidak jujur dan munafik," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price

Baca Juga

Para ahli mengatakan senjata yang menghancurkan satelit menimbulkan bahaya luar angkasa dengan menciptakan awan pecahan yang dapat bertabrakan dengan objek lain. Kondisi ini memicu reaksi berantai proyektil melalui orbit bumi. Price menyatakan rudal Rusia menghasilkan lebih dari 1.500 keping puing orbital yang dapat dilacak.

Juru bicara Pentagon John Kirby menyatakan kekhawatiran paling mendesak adalah puing-puing. Namun, tes oleh Rusia menunjukkan perlunya norma di luar angkasa.

Inggris pun mengancam atas keputusan Rusia melakukan uji tes rudal anti-satelit. Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan uji coba rudal anti-satelit oleh Rusia menunjukkan pengabaian terhadap keamanan, keselamatan, dan keberlanjutan ruang angkasa.

"Uji coba rudal anti-satelit destruktif oleh Rusia ini menunjukkan pengabaian total terhadap keamanan, keselamatan, dan keberlanjutan ruang angkasa," kata Wallace dalam sebuah posting yang dikicau oleh Kementerian Pertahanan Inggris.

AS melakukan tes anti-satelit pertama pada 1959, ketika satelit masih langka dan baru. Militer AS semakin bergantung pada satelit untuk menentukan apa yang dilakukannya di lapangan, memandu amunisi dengan laser dan satelit berbasis ruang angkasa, serta menggunakan aset tersebut untuk memantau peluncuran rudal dan melacak pasukannya.

Pada April lalu, Rusia melakukan uji coba rudal anti-satelit lainnya karena para pejabat mengatakan bahwa ruang angkasa akan semakin menjadi domain penting untuk peperangan. Pada 2019, India menembak jatuh salah satu satelitnya sendiri di orbit rendah Bumi dengan rudal darat-ke-luar angkasa.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement