Selasa 16 Nov 2021 13:44 WIB

Sri Mulyani Catat Defisit APBN Turun 3,29 Persen dari PDB

Sepanjang tahun ini defisit bisa tetap terkendali.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Kereta Rel Listrik (KRL) melintas dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (26/5). Pemerintah mencatat saat ini defisit APBN turun pada level 3,29 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Kereta Rel Listrik (KRL) melintas dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (26/5). Pemerintah mencatat saat ini defisit APBN turun pada level 3,29 persen dari produk domestik bruto (PDB).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mencatat saat ini defisit APBN turun pada level 3,29 persen dari produk domestik bruto (PDB). Adapun realisasi ini turun dibandingkan Oktober 2020 sebesar 4,67 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan defisit APBN mulai membaik. Hal ini seiring melandainya kasus Covid-19 dan mulai pulihnya ekonomi.

Baca Juga

“Ini adalah suatu yang kita lihat defisit kita mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Kalau tahun lalu posisi Oktober sebesar 4,67 persen, saat ini defisit kita sudah turun 3,29 persen dari GDP,” ujarnya saat acara CEO Networking secara virtual, Selasa (16/11).

Menurutnya sepanjang tahun ini defisit bisa tetap terkendali, meskipun kemungkinan akan tetap berada di atas lima persen. Namun menurut Sri Mulyani, angka tersebut tetap lebih baik dibandingkan 2020 ketika defisit APBN berada di atas enam persen.

Tak hanya defisit, Sri Mulyani juga menegaskan pemulihan juga terlihat beberapa aspek lain dalam APBN. Dari sisi penerimaan, pada tahun lalu penerimaan negara terkontraksi 15,3 persen padahal saat yang bersamaan, belanja negara tumbuh 13,6 persen.

Hal ini menyebabkan defisit APBN pada Oktober 2020 sebesar 4,57 persen. Namun pada 2021, seiring pemulihan ekonomi dan reopening aktivitas masyarakat maka APBN juga mulai pulih.

“Ini terlihat dari sisi pendapatan negara kita bahkan mengalami growth 18,2 persen. Itu adalah recovery dari tahun lalu yang kontraksi 15,3 persen sekarang growth double digit 18,2 persen,” ucapnya.

Demikian juga dengan penerimaan pajak yang tahun lalu terkontraksi 18,8 persen, tahun ini pulih pertumbuhan 15,3 persen. Kemudian penerimaan bea cukai pada tahun lalu tercatat tidak terkontraksi namun hanya tumbuh 5,5 persen. 

Sedangkan tahun ini bea cukai bisa tumbuh 25 persen. Maka demikian juga PNBP yang tahun lalu terkontraksi 16,3 persen, namun tahun ini berhasil tumbuh 25,2 persen.

“Memang dampaknya dari sisi perekonomian bisa pulih kembali, masyarakat bisa terlindungi dari Covid dan juga berbagai belanja sosial yang kita berikan untuk memberikan bantalan bagi masyarakat yang mengalami hempasan luar biasa dari Covid,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement