Rabu 17 Nov 2021 21:46 WIB

AS akan Jual Jet Tempur F-35 ke Uni Emirat Arab

Setelah sempat terganjal, penjualan F-35 ke Uni Emirat Arab akan kembali dilanjutkan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Sebuah jet F-35. Setelah sempat terganjal, penjualan F-35 ke Uni Emirat Arab akan kembali dilanjutkan. Ilustrasi.
Foto: Abir Sultan/EPA
Sebuah jet F-35. Setelah sempat terganjal, penjualan F-35 ke Uni Emirat Arab akan kembali dilanjutkan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Pemerintah Joe Biden berniat untuk memajukan kesepakatan Amerika serikat (AS) - Uni Emirat Arab (UEA) tentang pembelian jet tempur F-35 AS. Kesepakatan itu dilaporkan bernilai 23 miliar dolar AS.

"Saat ini sedang ditinjau untuk memastikan bahwa kami memiliki pemahaman bersama yang jelas sehubungan dengan kewajiban UEA, sebelum, selama, dan setelah pengiriman," ujar Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS bidang Keamanan Regional Mira Resnick seperti dikutip laman Al Arabiya, Rabu (17/11).

Baca Juga

Keraguan muncul atas kesepakatan itu dalam beberapa bulan terakhir sebab pemerintahan Biden meninjau semua penjualan senjata asing termasuk ke UEA. Penjualan 50 pesawat tempur F-35 ke UEA mengalami kelambatan di tengah kekhawatiran di Washington atas hubungan Abu Dhabi dengan China, termasuk penggunaan 5G Huawei di negara tersebut.

"Pemerintahan Biden-Harris bermaksud untuk melanjutkan penjualan pertahanan yang diusulkan itu," katanya. Dia berbicara setelah dia berpartisipasi dalam Dubai Air Show.

"Saya mengantisipasi dialog yang kuat dan berkelanjutan dengan UEA untuk memastikan setiap transfer pertahanan memenuhi tujuan strategis keamanan nasional bersama kami untuk benar-benar membangun kemitraan keamanan yang lebih kuat, dapat dioperasikan, dan lebih mampu sambil melindungi teknologi AS," kata Resnick.

AS di bawah mantan presiden Donald Trump saat itu setuju untuk menjual pesawat tempur F-35 setelah UEA tahun lalu menjalin hubungan dengan Israel. Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan tahun ini akan melanjutkan penjualan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement