Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Pakdhe Sidik

Anak Pejuang Subuh

Agama | Friday, 19 Nov 2021, 11:02 WIB

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 2 , menyebutkan arti dari pendidikan nasional yang berbunyi, “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.”

Patut digarisbawahi kalimat “berakar pada nilai-nilai agama”, yang menunjukkan bahwa ritual kegiatan keagamaan, seperti menunaikan salat lima waktu termasuk salat subuh berjamaah, merupakan nilai-nilai agama yang selaras dengan arti pendidikan nasional.

Disiplin, bertanggung jawab, konsisten, adalah sejumlah nilai agama yang terdapat di dalam salat lima waktu secara berjamaah. Upaya menanamkan nilai-nilai agama secara terus menerus hingga menjadi tradisi keagamaan yang berakar kuat inilah, yang harus dilakukan oleh pengurus masjid dan para pemuka agama Islam, serta masyarakat umum.

Istilah Anak Pejuang Subuh

Masih sedikitnya anak-anak yang menunaikan salat subuh berjamaah di masjid, adalah fenomena umum yang terjadi di banyak daerah, sepanjang pengamatan penulis. Yang datang ke masjid hanyalah jamaah dewasa dan jamaah lansia, dan sedikit anak-anak yang dibawa oleh orang tuanya untuk ikut salat berjamah. Kebetulan penulis juga seorang pendongeng, yang sering melakukan safari perjalanan dongeng ke banyak daerah di seluruh Indonesia, selama bertahun-tahun. Tentu pengecualian terdapat di pondok-pondok pesantren, yang mewajibkan seluruh santrinya untuk menunaikan salat lima waktu secara berjamaah di masjid pesantren.

Banyak alasan yang disampaikan pengurus dan jamaah masjid, atau ustadz setempat, terkait minimnya anak-anak yang ikut salat subuh berjamaah. Diantaranya, jarak dari rumah-rumah ke masjid yang (dianggap) jauh, lampu penerangan jalan dan gang yang minim, cuaca yang dingin, suasana gelap, hingga sulit dibangunkan dari kondisi tidur yang nyenyak.

Hal inilah yang membuat penulis memberikan istilah baru, Anak Pejuang Subuh. Yaitu, anak-anak yang mau dan mampu untuk berangkat ke masjid dan menunaikan salat subuh berjamaah. Anak-anak yang menjadi pejuang (salat) subuh, karena mereka memang harus mengalahkan berbagai alasan di atas. Faktanya, ternyata mereka mampu dan bahkan ketagihan, untuk rutin menunaikan subuh berjamaah setiap hari, sepanjang tahun. Allahu Akbar !

Penulis menginisiasi Program Anak Pejuang Subuh, dari masjid di dekat tempat tinggal penulis, Masjid Al Kautsar, Waru Doyong Cakung, pada tanggal 24 Juli 2017. Penulis menggunakan “umpan” berupa pemberian uang saku senilai Rp 5.000 per anak, bila mampu datang ke masjid sebelum adzan subuh. Umpan ini mengena. Respon anak-anak luar biasa. Sejak hari pertama hingga saat ini, anak-anak yang datang ke masjid jumlahnya dalam rentang 40-60 anak. Alhamdulillah.

Anak-anak diminta datang sebelum adzan subuh, agar mereka terbiasa menyambut panggilan adzan saat sudah berada di masjid. Mereka yang telah datang, diberikan nomor antrian. Ini untuk memudahkan pengasuh mendapatkan data seluruh anak pejuang subuh yang hadir sebelum adzan. Apabila adzan mulai berkumandang, pemberian nomor antrian dihentikan. Artinya, mereka yang tidak memiliki nomor, tetap diizinkan mengikuti kegiatan rutin selesai salat subuh, namaun tidak mendapatkan uang saku untuk hari itu. Cara ini ampuh untuk membuat anak-anak berlomba datang ke masjid sebelum adzan, agar bisa mendapatkan nomor antrian.

Hal menarik lainnya adalah, orang tua yang semula hanya sekadar mengantarkan putra-putrinya ke masjid, lambat laun ikut salat subuh berjamaah. Rupanya mereka ikut tergugah dengan tekad kuat yang dimiliki anak-anaknya, sehingga merasa malu jika hanya ikut mengantarkan saja. Alhamdulillah.

Yang juga menarik adalah, berputarnya ekonomi untuk para pedagang kecil di sekitar masjid. Para pedagang ini ikut mendapatkan rezeki dari uang saku yang diterima anak-anak pejuang subuh. Biasanya sejumlah anak yang selesai mengikuti kegiatan rutin sesudah subuh, akan meramaikan kios dan warung dengan membeli aneka jajanan pengganjal perut.

Para orang tua juga ikut menikmati kucuran rezeki dari uang saku subuh yang diterima anak-anaknya. Sejumlah orang tua mengaku tertolong dengan adanya uang saku subuh, karena anak-anaknya tidak lagi meminta uang saku di rumah. Sebagian orang tua yang biasanya mengeluarkan biaya transportasi angkot untuk perjalanan ke sekolah bagi anak-anaknya, juga ikut tertolong. Anak-anak mereka menggunakan uang saku subuh sebagai ongkos naik angkot ke sekolah. Dengan adanya uang saku subuh, tercipta beragam efek manfaat, sehingga keberadaan uang saku subuh tak dapat dipisahkan dari kegiatan rutin anak-anak pejuang subuh.

Dan seiring waktu, berbagai upaya untuk terus menarik minat anak-anak, dilakukan penulis bersama para relawan / pengasuh anak pejuang subuh. Mulai dari kegiatan yang berbeda setiap harinya : mendengarkan dongeng fabel, menyimak kisah para nabi dan sahabat, menyanyikan lagu islami, belajar aneka tepuk, menghafal ayat al quran dan hadits beserta artinya, hingga membentuk kesenian marawis. Juga memberikan beasiswa bulanan untuk anak-anak yang aktif dan berprestasi di sekolah. Kesemua upaya ini membuat anak-anak selalu bersemangat untuk datang ke masjid dan mengikuti kegiatan di aula masjid, setelah selesai salat subuh berjamaah. Alhamdulillah.

Yel-Yel Anak Pejuang Subuh

Penulis membuat sejumlah yel-yel yang harus diucapkan seluruh Anak Pejuang Subuh setiap hari, sebelum memulai kegiatan. Berkat yel-yel ini, upaya menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan konsistensi kepada anak-anak, dapat dilakukan dengan baik karena melekat kuat di ingatan.

Yel-yel kesatu

Tanya (T) : Apa kabar anak pejuang subuh ?

Jawab (J) : Selalu berjuang mengharap ridho Allah!

Yel-yel kedua

Tanya (T) : pejuang subuh punya JAM ?

Jawab (J) : Punya dong. Ber(J)amaah, di (A)wal waktu, di (M)asjid !

Yel-yel ketiga

Tanya (T) : Lima manfaat subuh berjamaah ?

Jawab (J) : Satu, Allah tambah sayang. Dua, hidup jadi berkah. Tiga, badan jadi sehat. Empat, rezeki bertambah. Lima, pahala berlimpah !

Yel-yel keempat

Ajakan (A) : Yuk kita salawat dulu.

Jawab (J) : Ya Nabi salam alaika, Ya rasul salam alaika, Ya habib salam alaika, salawatullah alaika.

Yel-yel kelima

Ajakan (A) : Yuk kita berdoa dulu.

Jawab (J) : Bismillahirrahmaanirrahiim. Allahumma inni asaluka ilman nafian, wa rizqan tayyiban, wa amalan mutaqabbalan. Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadamu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima. Aamiin.

Bagaimana dengan pengelolaan uang saku subuh ? akan diuraikan dalam tulisan selanjutnya.

Jakarta, November 2021

Penulis,

Kak Sidik Pendongeng Keliling Nusantara Ketua Gerakan Anak Pejuang Subuh Indonesia (GAPSI)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image