Senin 22 Nov 2021 14:48 WIB

Taliban Larang Penayangan Sinetron dengan Aktor Wanita

Stasiun TV Afganistan diminta berhenti menampilkan aktor wanita

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Milisi Taliban (ilustrasi)
Foto: english.alarabiya.net
Milisi Taliban (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, KABUL – Taliban telah menerbitkan “pedoman agama” baru pada Ahad (21/11). Salah satu poin dalam pedoman itu meminta stasiun televisi di Afghanistan berhenti menayangkan drama atau sinetron yang menampilkan aktor wanita.

Pedoman dari Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Taliban juga meminta stasiun televisi tidak menayangkan film atau program yang menampilkan Nabi Muhammad dan tokoh Islam lain yang dihormati. Kementerian tersebut turut menyerukan pelarangan film atau program yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan Afghanistan.  

Baca Juga

Selain itu, pedoman terbaru turut meminta para jurnalis televisi perempuan mengenakan hijab saat mempresentasikan laporan mereka. “Ini bukan aturan, tapi pedoman agama,” kata juru bicara Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Taliban Hakif Mohajir.

Sejak kekuasaan Taliban digulingkan Amerika Serikat (AS) pada 2001, industri media di Afghanistan tumbuh subur. Media-media independen bermunculan. Belasan stasiun televisi dan radio yang didirikan dengan bantuan Barat serta investasi swasta turut memberi warna baru di lini informasi, pun hiburan, di negara tersebut.

Saat Taliban berkuasa pada 1996-2201, mereka melarang televisi, film, dan sebagian besar bentuk hiburan lainnya. Taliban menganggap produk tayangan itu tak bermoral. Warga Afghanistan yang tertangkap basah menonton televisi akan diganjar hukuman. Selain televisi atau pemutar videonya bakal dihancurkan, warga terkait dapat dijatuhi hukuman cambuk.

Pada era tersebut, hanya ada stasiun radio di Afghanistan, yakni Voice of Sharia. Mereka hanya menyiarkan propaganda dan program-program keislaman. Dua dekade berselang sejak pemerintahannya digulingkan AS, pada pertengahan Agustus lalu, Taliban berhasil menguasai kembali Afghanistan.

Mereka berjanji akan menjalankan pemerintahan dengan lebih moderat, termasuk memberi dan menjamin hak-hak perempuan. Namun janji tersebut belum sepenuhnya terlihat hingga saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement