Jumat 26 Nov 2021 01:12 WIB

Contoh Khutbah Jumat: Merantau Demi Belajar Agama

Merantau demi belajar agama dipraktekan para nabi dan ulama sejak dahulu kala.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Khatib menyampaikan khutbah Jumat (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Ampelsa
Khatib menyampaikan khutbah Jumat (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, Oleh Pendakwah lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah, Abdullah Zaen, Lc., MA

 

Baca Juga

KHUTBAH PERTAMA:

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…

Marilah kita meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala secara serius. Yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam. Serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam.

Jama'ah Jum'at yang semoga dimuliakan Allah...

Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, salah satu sosok sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat terkenal kegigihannya dalam belajar agama. Beliau tinggal di kota Madinah. Suatu hari beliau mendengar kabar bahwa ada sahabat lain yang memiliki sebuah hadits yang belum diketahuinya. Sahabat itu berdomisili di negeri Syam. Maka beliaupun bergegas membeli onta dan mempersiapkan bekal. Lalu menempuh perjalanan berat dan panjang selama satu bulan penuh. Sebuah perjalanan yang berjarak ribuan kilometer dari Madinah ke Syam. 

Singkat cerita beliau tiba di depan rumah sahabat tersebut, yang ternyata adalah Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu. Begitu mendengar kedatangan Jabir, Abdullah segera keluar dan memeluk hangat tamu istimewanya. Tanpa berpanjang lebar basa-basi, Jabir berkata, “Aku mendengar kabar bahwa engkau pernah mendapatkan sebuah hadits yang belum pernah kuketahui sebelumnya. Aku khawatir tidak sempat mempelajarinya, sebelum aku wafat atau engkau wafat”. Lalu dengan senang hati, Abdullah pun menyampaikan hadits tersebut. (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dan dinilai hasan oleh al-Albaniy).

Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati…

Satu bulan penuh jarak ditempuh, mengarungi padang pasir siang dan malam dengan bekal seadanya, di tengah cuaca yang tak menentu, hewan buas dan para perampok mengintai. Itu semua tidak menyurutkan semangat Jabir radhiyallahu ‘anhu; demi untuk mempelajari ‘hanya’ satu hadits saja! Sungguh potret kegigihan dahsyat yang luar biasa, yang seharusnya membuat kita malu untuk banyak mengeluh saat belajar agama.

Ar-rihlah fî thalabil ‘ilm; merantau demi belajar ilmu agama. Itulah konsep mulia yang dipraktekkan para nabi dan para ulama sejak dahulu kala. Al-Qur’an mengisahkan perjalanan panjang Nabi Musa ‘alaihissalam; demi belajar dari Nabi Khidir ‘alaihissalam. Salman al-Farisiy radhiyallahu ‘anhu merantau dari satu negeri ke negeri lainnya; demi menemukan secercah hidayah Islam. Dan tak terhitung kisah para ulama yang merantau mengelilingi dunia, demi mendalami ilmu agama. Bahkan seorang ulama kenamaan abad kelima hijriah; Al-Khatib al-Baghdadiy rahimahullah sampai menulis buku khusus untuk mengkaji tema tersebut. Judulnya: Ar-rihlah fî thalabil hadits; merantau dalam rangka belajar hadits. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement