Sabtu 27 Nov 2021 11:03 WIB

Uni Eropa Tegaskan Tak Akan Akui Pemerintahan Taliban

Beda dengan Uni Eropa dan AS, China akaui Pemerintahan Taliban

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Subarkah
Warga Afghanistan berkumpul di luar kantor paspor saat Taliban melanjutkan penerbitan paspor, di Kabul, Afghanistan, 13 November 2021.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Warga Afghanistan berkumpul di luar kantor paspor saat Taliban melanjutkan penerbitan paspor, di Kabul, Afghanistan, 13 November 2021.

IHRAM.CO.ID, BRUSSELS – Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menegaskan, Uni Eropa tidak akan mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Kendati demikian, perhimpunan Benua Biru akan berupaya membantu negara tersebut menangani krisis ekonomi. 

 "Uni Eropa tidak mengakui rezim baru, yang dipaksakan melalui kekerasan. Tapi kita perlu mencegah keruntuhan ekonomi dan sosial yang akan segera dihadapi negara itu. Kita harus berdiri di samping rakyat Afghanistan,” kata von der Leyen dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (27/11), dilaporkan Fars News Agency. 

 Ia mengaku mencemaskan kian memburuknya krisis kemanusiaan di Afghanistan. “Itulah sebabnya bulan lalu kami mengumumkan paket senilai 1 miliar euro, termasuk 300 juta euro dalam bantuan kemanusiaan. Uni Eropa akan terus terlibat dengan negara-negara di kawasan ini,” ujar von der Leyen. 

Selain Uni Eropa, beberapa negara lain seperti Rusia, Jepang, Kanada, Amerika Serikat (AS), dan Prancis, juga tak berencana mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Berbeda dengan mereka, Cina justru menyerukan komunitas internasional untuk terlibat dengan Taliban. 

Akhir Oktober lalu, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan, Taliban memiliki iktikad membangun hubungan dengan dunia internasional.  “Kesan saya secara keseluruhan adalah bahwa Taliban sangat ingin melakukan dialog dan kerja sama dengan pihak luar, dan bahwa mereka serius tentang hal ini,” ucapnya pada 27 Oktober lalu.

Dia turut mendesak Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) melanjutkan dukungan pembiayaan ke Afghanistan. Menurut Wang, saat ini Afghanistan menghadapi kekurangan dana untuk keperluan rekonstruksi. “Afghanistan membutuhkan kebangkitan di semua lini, dan pembangunan adalah prioritas utama,” ujar Wang. 

Tak hanya IMF dan Bank Dunia, Wang pun menyerukan AS dan negara Barat lainnya untuk mencabut sanksi terhadap Afghanistan. Dia menilai, sanksi-sanksi tersebut kian membuat Afghanistan terpuruk. Wang meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyediakan lebih banyak vaksin bagi Afghanistan. Hal itu agar negara tersebut mampu memerangi pandemi Covid-19.

Dia mengungkapkan, Cina akan mengirim bantuan kemanusiaan darurat senilai 30 juta dolar AS ke Afghanistan. Wang kembali mengingatkan bahwa Cina selalu menyerukan komunitas internasional untuk terlibat, bukan mengisolasi Taliban selaku pemegang kekuasaan saat ini di Afghanistan. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement