Selasa 30 Nov 2021 10:42 WIB

Migran Muslimah Korban Tragedi Selat Inggris Teridentifikasi

Muslimah menjadi korban pertama yang diidentifikasi dalam tragedi Selat Inggris

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Sebuah feri menuju Inggris meninggalkan pelabuhan Calais, Prancis utara, Kamis, 25 November 2021. Anak-anak dan wanita hamil termasuk di antara sedikitnya 27 migran yang tewas ketika perahu kecil mereka tenggelam dalam upaya penyeberangan Selat Inggris, kata seorang pejabat pemerintah Prancis, Kamis.
Foto: AP/Rafael Yaghobzadeh
Sebuah feri menuju Inggris meninggalkan pelabuhan Calais, Prancis utara, Kamis, 25 November 2021. Anak-anak dan wanita hamil termasuk di antara sedikitnya 27 migran yang tewas ketika perahu kecil mereka tenggelam dalam upaya penyeberangan Selat Inggris, kata seorang pejabat pemerintah Prancis, Kamis.

IHRAM.CO.ID, LONDON -- Seorang wanita muda Muslim menjadi korban pertama yang diidentifikasi di antara para korban tenggelam massal yang tragis di Selat Inggris. Muslimah tersebut dilaporkan mencoba menyeberangi Selat Inggris untuk memberikan kunjungan kejutan kepada tunangannya.

Maryam Nuri Mohammed Amin (24) adalah salah satu dari 27 migran yang tewas tenggelam saat mencoba menyeberangi Selat tersebut dari Prancis ke Inggris. Maryam adalah seorang mahasiswa yang telah meninggalkan Irak.

Baca Juga

Wanita itu nekad menyeberang ke Inggris agar bisa bersama tunangannya Mohammed Karzan, yang merupakan seorang imigran Kurdi. Sesaat sebelum tragedi tenggelamnya kapal yang ditumpangi para imigran itu pada Rabu (24/11), Maryam sempat mengirim pesan ke Karzan ketika sampan kelompok itu mulai mengempis.

Maryam mencoba meyakinkan bahwa mereka akan diselamatkan. Namun, dia dan 17 pria, serta enam wanita lainnya, justru meninggal di lepas pantai utara Prancis. Salah satu korban tewas itu adalah wanita yang tengah hamil dan terdapat tiga anak lainnya.

 

"Dia tidak di Inggris, yang berarti dia sudah pergi. Ini sangat menyedihkan bagi saya, dan untuk semua orang," kata Karzan kepada Telegraph, dilansir di laman ABout Islam, Senin (29/11).

"Saya memiliki kontak terus menerus dengan istri saya dan saya melacak GPS langsungnya. Setelah 4 jam 18 menit dari saat dia naik ke kapal itu, saya pikir mereka berada di tengah laut, lalu saya kehilangan dia," lanjutnya.

Menurut keluarganya, Maryam sebelumnya telah mencoba untuk pergi ke Inggris dua kali secara legal. Wanita Muslim itu dilaporkan telah pergi ke kedutaan Inggris, tetapi prosesnya tertunda. Hal itu kemudian memaksanya untuk mengambil rute yang dia lakukan dengan menyeberangi Selat Inggris.

"Seluruh dunia membicarakan Eropa sebagai tempat yang tenang, menyenangkan, apakah ini yang dimaksud dengan ketenangan? Sekitar 30 orang sekarat di tengah laut? Ini adalah dosa untuk menempatkan orang melalui ini (Selat)," ujar ayah Maryam, Nuri Hamadamin, kepada BBC.

Pada Jumat (26/11) malam lalu, ayah Maryam, keluarga, dan teman-temannya berkumpul di rumah mereka di Irak utara untuk berdoa dan mengenangnya.

Sahabat Maryam, Imann Hassan, mengatakan bahwa temannya itu sangat rendah hati dan memiliki hati yang sangat besar.

"Ketika dia meninggalkan Kurdistan, dia sangat bahagia, dia tidak percaya bahwa dia akan bertemu dengan suaminya," kata Hassan kepada BBC pada Jumat malam.

"Di pesta pertunangannya, dia memberi tahu saya: 'Saya akan membeli rumah dan tinggal di dekat Anda, kita akan tinggal bersama'," ujarnya.

Hassan mengatakan bahwa dia ingin mengirim pesan ke dunia bahwa tidak ada yang pantas mati dengan cara tenggelam seperti itu.

"Dia mencoba menjalani kehidupan yang lebih baik, dia memilih Inggris, tetapi dia meninggal," tambahnya.

Menurut BBC, lebih dari 25.000 orang telah menyeberangi Selat Inggris sepanjang tahun ini. Sementara itu, ada 65 penuntutan terkait penyeberangan dengan perahu kecil di Inggris sejak 2020, dan hampir 300 penangkapan di Prancis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement