Selasa 30 Nov 2021 16:56 WIB

Taliban: UEA Larang Ghani Berpolitik dari Pengasingan

Taliban dan UEA dilaporkan menggelar pembicaraan rahasia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Ashraf Ghani
Foto: EPA-EFE/NOUSHAD THEKKAYIL
Ashraf Ghani

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Uni Emirat Arab (UEA) melarang Ashraf Ghani melanjutkan kegiatan politiknya d Afghanistan dari pengasingan. Negara tempat pengasingan Ghani itu juga menempatkan pembatasan yang sama pada pejabat yang melarikan diri dari Afghanistan selama penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dan peralihan kekuasaan oleh Taliban.

Wakil Juru Bicara Taliban Ahmadullah Wasiq mengatakan, bahwa UEA menerapkan larangan terhadap Ghani dan pejabat Afghanistan lainnya yang tinggal di pengasingan. UEA dikatakan mencegah mereka berperan dalam jabatan apapun di panggung politik Afghanistan yang kini dipegang Taliban. Ghani kini berada di Dubai.

Baca Juga

Dalam sebuah cicitannya di Twitter, Wasiq mengatakan, bahwa mantan Penasihat Keamanan Nasional Ghani Hamdullah Mohib dan Gubernur provinsi Balikh Atta Muhammad Noor juga ada dalam daftar larangan berpolitik di Afghanistan dari pengasingan.

"UEA telah melarang semua pejabat di pemerintahan Ashraf Ghani yang tinggal di Dubai dan kota-kota lain. Pembatasan ini termasuk Ashraf Ghani, Atta Noor dan Mohib," kata Wasiq seperti dikutip laman Daily Sabah, Selasa (30/11).

Namun demikian, Abu Dhabi belum mengkonfirmasi laporan tersebut atau memberikan komentar apapun tentang masalah ini. Langkah terbaru untuk melarang Ghani terlibat dalam politik Afghanistan terjadi setelah laporan bahwa Taliban dan UEA menggelar pembicaraan rahasia.

UEA dilaporkan juga mengumumkan keinginannya untuk menjalankan Bandara Internasional Kabul Hamid Karzai. Pejabat UEA telah mengadakan serangkaian diskusi dengan kelompok itu dalam beberapa pekan terakhir untuk membahas pengoperasian bandara yang berfungsi sebagai jalur udara utama Afghanistan.

Beberapa diplomat asing mengungkapkan bahwa Emirat mencari lebih banyak pengaruh di Afghanistan. Saat ini, Qatar dan Turki membantu memberikan keamanan di bandara. Keduanya juga membantu mengelola bandara Kabul.

Dua negara itu memainkan peran penting dalam proses evakuasi menyusul penarikan pasukan AS yang kacau pada Agustus. Pihaknya mengatakan, mereka siap untuk mengambil alih operasi. Namun, menurut empat diplomat, Taliban belum mencapai kesepakatan dengan Qatar secara resmi.

Setelah perebutan Afghanistan oleh Taliban, Ghani melarikan diri dari negara itu pada hari yang sama ketika Taliban menuju Istana Presiden untuk merundingkan peralihan kekuasaan dengan pemerintah yang didukung Barat.

Menurut Kedutaan Besar Rusia di Kabul, mantan pemimpin itu menaiki mobil dan helikopter dengan penuh uang tunai. Laporan Ghani melarikan diri dari Taliban di Dubai pecah sehingga memicu kecaman luas.

Kemudian, Ghani meminta maaf kepada semua penduduk Afghanistan. "Saya tidak bisa mengakhirinya secara berbeda," katanya saat itu. Dalam sebuah pernyataan di Twitter, Ghani menegaskan bahwa dia meninggalkan negara itu untuk menyelamatkan Kabul dan 6 juta warganya.

"Saya pergi atas desakan keamanan istana yang menasihati saya bahwa untuk tetap mengambil risiko memicu pertempuran yang sama mengerikan yang dialami kota selama Perang Saudara tahun 1990-an," kata Ghani. "Saya tidak pernah berniat untuk meninggalkan rakyat Afghanistan," ujarnya menambahkan.

Ghani pun membantah klaim bahwa dia telah meninggalkan Afghanistan dengan membawa uang sekitar 169 juta dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement