Selasa 30 Nov 2021 21:12 WIB

Terungkap, Susahnya Intelijen AS Beri Arahan ke Trump

Ada rasa curiga dan merasa tidak aman dari Trump tentang proses intelijen AS.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Mantan Presiden Donald Trump tersenyum saat dia berhenti sejenak saat berbicara kepada para pendukung di pertemuan Aksi Titik Balik di Phoenix 24 Juli 2021.
Foto: AP/Ross D. Franklin
Mantan Presiden Donald Trump tersenyum saat dia berhenti sejenak saat berbicara kepada para pendukung di pertemuan Aksi Titik Balik di Phoenix 24 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komunitas Intelijen (IC) Amerika Serikat (AS) dalam laporan yang dirilis CIA mengatakan, bahwa mereka telah berjuang keras memberi pengarahan kepada presiden terpilih Donald Trump pada 2016 silam, ketika peralihan kekuasaan dari pemerintahan sebelumnya.

Laporan dalam bentuk narasi sejarah itu mencatat bahwa arahan ke Trump merupakan tantangan yang lebih besar bahkan daripada presiden Richard Nixon dalam pengarahan intelijen di masa transisi.

Baca Juga

Narasi setebal 40 halaman menjelaskan beberapa detail baru tentang pendekatan mantan presiden Trump terhadap intelijen. Narasi tersebut membeberkan bagaimana komunitas intelijen AS menyesuaikan diri dengan seorang presiden yang curiga dan merasa tidak aman tentang proses intelijen AS sendiri.

Meski Trump menghabiskan banyak waktu untuk pengarahan secara rutin selama periode transisi, dia memiliki gaya memimpin yang bebas, keras, dan memiliki ketidakpercayaan yang mendalam terhadap komunitas intelijen.

Direktur Intelijen Nasional James Clapper mengatakan, di setiap kesempatan, hubungan antara presiden baru dan komunitas intelijen dirusak oleh imbroglio politik yang berasal dari dugaan hubungan kampanye Trump dengan Rusia.

"Melihat kembali transisi Trump, kita harus menyimpulkan bahwa komunitas intelijen hanya mencapai keberhasilan terbatas dalam dua tujuan mendasarnya pada proses pengarahan: untuk membantu presiden terpilih menjadi akrab dengan perkembangan asing dan ancaman yang mempengaruhi kepentingan AS dengan yang harus ditangani sekali di kantor; dan untuk membangun hubungan dengan presiden baru dan timnya," tulis narasi sejarah terbaru yang diterbitkan oleh CIA itu, dikutip laman CNN, Selasa (30/11).

Narasi sejarah itu juga melaporkan bahwa selama masa transisi, Trump biasanya menyenangkan dan sopan selama pengarahan dengan intelijen. Pengarahan diberikan oleh perwira intelijen karir dari Kantor Direktur Intelijen Nasional, CIA, Badan Intelijen Pertahanan, FBI dan Departemen Luar Negeri.

"Bersama-sama, tim yang terdiri dari 14 pengarah terdiri dari kelompok ahli terbesar dan paling beragam secara organisasi yang pernah dikerahkan untuk pengarahan transisi calon dan presiden terpilih," tulis narasi tersbut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement