Kamis 02 Dec 2021 15:15 WIB

Keuntungan IPO dan Rights Issue Bagi Cucu Pertamina

Wamen BUMN ungkap Pertamina Geothermal Energy akan lakukan IPO kuartal II 2022

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pembangkit Listrik Geothermal milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Lahendong, Sulawesi. Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan cucu usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), akan melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum saham perdana pada kuartal II 2022.
Foto: Dok. Pertamina
Pembangkit Listrik Geothermal milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Lahendong, Sulawesi. Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan cucu usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), akan melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum saham perdana pada kuartal II 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan cucu usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), akan melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum saham perdana pada kuartal II 2022.

Pahala mengatakan suntikan dana segar dari IPO bertujuan untuk pengembangan bisnis, terutama memiliki pembangkit dengan kapasitas lebih besar yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT).

Baca Juga

Pahala menyampaikan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) PGE baru sebesar 900 MW."Kita berencana meningkatkan kapasitas pembangkit PGE dua kali lipat dalam lima tahun ke depan, oleh karena itu butuh upaya yang cukup besar dari sisi capex (pengeluaran modal)," ujar Pahala saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (2/12).

Pahala juga melihat sejumlah rencana potensial bagi PGE untuk bekerja sama dalam mengoptimalkan aset upstream PLN dan pengembangan aset PT Geo Dipa Energi.

 

Sementara, ucap Pahala, rights issue yang akan dilakukan PT Kimia Farma (Persero) bertujuan untuk meningkatkan TKDN bahan baku farmasi atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) yang diproduksi Kimia Farma. "API di Indonesia masih 95 persen yang diproduksi luar negeri," ucap Pahala.

Pahala menyebut rights issue tak sekadar memperkuat struktur permodalan Kimia Farma sebagai perusahaan, melainkan juga dapat memperluas jaringan dan peningkatan pelayanan melalui digitisasi. 

"Yang terpenting (rights issue) juga untuk meningkatkan fasilitas produksi. Target kita tiga tahun ke depan, TKDN produksi obat Kimia Farma bisa meningkat 20 persen sehingga impor bahan baku yang 95 persen menjadi 75 persen dalam tiga tahun mendatang," kata Pahala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement