Senin 13 Dec 2021 20:11 WIB

Penjelasan Mengapa Imam Sholat tak Harus yang Suaranya Merdu

Yang mengimami sholat berjamaah adalah orang yang paling aqra di antara mereka.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Penjelasan Mengapa Imam Sholat tak Harus yang Suaranya Merdu
Penjelasan Mengapa Imam Sholat tak Harus yang Suaranya Merdu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam syariat Islam, terdapat syarat tertentu yang membolehkan orang menjadi imam sholat, salah satunya adalah yang bacaan Alqurannya fasih dan suaranya merdu. Namun demikian, memilih imam sholat juga tidak harus yang suaranya merdu.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “ya-ummul-qauma aqra-uhum likitabillahi fa in kaanuu fil-qiraa-ati sawaa-an fa a’lamuhum bissunnati. Fa in kaanu fi as-sunnati sawaa-an fa aqdamuhum hijratan fa in kaanu fil-hijrati sawaa-an fa aqdamuhum silman,”.

Baca Juga

Yang artinya, “Yang mengimami sholat berjamaah adalah orang yang paling aqra di antara mereka terhadap Kitab Allah SWT. Apabila mereka sama dalam membaca Alquran, maka yang mengimami adalah orang yang paling tahu tentang sunnah. Apabila pengetahuan mereka sama tentang sunnah, maka yang menjadi imam adalah orang yang paling dahulu hijrahnya. Apabila hijrah mereka bersama-sama, maka orang yang menjadi imam adalah yang paling dulu menjadi Muslim,”.

KH Ali Mustafa Yaqub dalam buku Imam Perempuan menjelaskan secara kebahasaan kata aqra itu dapat berarti yang paling bagus bacaannya, yang paling banyak bacaannya, yang paling dulu dalam belajar membaca Alquran, dan lain-lain. Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda, “Wal ya-ummukum aktsarukum Qur-anan,”. Yang artinya, “Dan orang yang paling banyak hafalan Alqurannya hendaknya menjadi imam untuk kalian,”.

Kiai Ali menjelaskan para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata aqra. Ada ulama yang menafsirkan aqra adalah orang yang paling alim tentang Alquran. Ada juga yang menafsirkan aqra adalah orang yang paling alim tentang agama Islam.

Sementara Imam Nawawi menafsirkan sebagai aura, yakni orang yang paling wara. Orang wara adalah orang yang paling ketat menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan syubhat dan haram.

Penafsiran Imam Nawawi nampaknya didukung oleh apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Ketika Nabi sakit dan tidak dapat mengimami sholat, beliau menunjuk Sayyidina Abu Bakar untuk menjadi imam. Nabi tidak menunjuk orang lain yang suaranya merdu dan bacaannya bagus, seperti Abu Musa Al-Asy’ari, Ubay bin Ka’ab, dan lainnya.

photo
Infografis Orang yang Boleh dan tidak Jadi Imam Sholat - (Republika.co.id)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement