Rabu 15 Dec 2021 02:55 WIB

Tentara Israel Menggerebek Universitas di Tepi Barat

Menurut saksi mata, pasukan Israel menyita spanduk dan barang-barang milik mahasiswa.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Tentara Israel pada Selasa (14/12/2021) menyerbu sebuah universitas di dekat Ramallah di Tepi Barat tengah.. (ilustrasi)
Foto: AP/Eliraz Getah
Tentara Israel pada Selasa (14/12/2021) menyerbu sebuah universitas di dekat Ramallah di Tepi Barat tengah.. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pasukan Israel pada Selasa (14/12) menyerbu sebuah universitas di dekat Ramallah di Tepi Barat tengah. Dalam sebuah pernyataan, Universitas Birzeit mengatakan, pasukan Israel menyerang penjaga kampus selama penggerebekan, termasuk menyita barang-barang mahasiswa, dan merusak universitas.

"Ini merupakan serangan terang-terangan terhadap norma dan perjanjian, yang melarang serangan terhadap fasilitas akademik," ujar pernyataan Universitas Birzeit, dilansir Anadolu Agency.

Baca Juga

Saksi mata mengatakan, pasukan Israel menyita spanduk dan barang-barang milik mahasiswa sebelum mereka meninggalkan lokasi kampus. Bentrokan terjadi antara puluhan warga sipil dan pasukan Israel di sekitar universitas. Tentara menggunakan peluru logam dan tabung gas air mata untuk membubarkan kerumumanan  mahasiswa dan warga sipil.

Pada Senin (13/12), kelompok Student Pole yang merupakan organisasi sayap mahasiswa dari Front Populer untuk Pembebasan Palestina yang berafiliasi dengan Organisasi Pembebasan Palestina, menyelenggarakan pameran di Universitas Birzeit. Pameran ini untuk memperingati ulang tahun berdirinya Front Populer untuk Pembebasan Palestina.

Pada November lalu, Duta Besar Israel untuk Inggris Tzipi Hotovely dievakuasi dengan pengamanan ketat dari sebuah acara di London School of Economics. Evakuasi ini dilakukan akibat protes besar-besaran oleh aktivis pro-Palestina menyusul kehadirannya.

Video dari tempat kejadian menunjukkan penjaga keamanan bergegas membawa Hotovely yang memegang buket bunga ke dalam kendaraan. Sementara yang lain mencoba untuk menangkis sekelompok aktivis yang mencemooh dengan mengatakan "Apakah kamu tidak malu?".

Hotovely telah diundang oleh serikat mahasiswa universitas untuk mengambil bagian dalam forum debat. Langkah tersebut mendapatkan pertentangan cukup luas dari kelompok pro-Palestina, dan kelompok lain di kampus.

Protes mengatakan bahwa, Hotovely telah mengadvokasi kolonialisme pemukim, terlibat dalam retorika Islamofobia, dan telah mengabadikan rasisme anti-Palestina. Hotovely telah menjadi pilihan kontroversial untuk duta besar di Inggris sejak menjabat tahun lalu.

Hotovely adalah anggota Partai Likud yang dipimpin mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu. Hotovely ditunjuk sebagai duta besar untuk Inggris, setelah menjabat sebagai menteri permukiman.

Orang-orang Yahudi Inggris sayap kiri membuat petisi yang meminta pemerintah  untuk menolak penunjukkan Hotovely sebagai duta besar. "Hotovely memiliki catatan mengerikan tentang perilaku rasis dan menghasut sepanjang karir politiknya," ujar petisi itu tahun lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement