Ahad 19 Dec 2021 17:51 WIB

Taliban Salahkan AS Atas Krisis di Afghanistan

AS bertanggung jawab atas krisis yang ada di Afghanistan.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Bayi tidur di sebelah ibu mereka saat mereka menjalani perawatan di bangsal gizi buruk Rumah Sakit Anak Nasional Ataturk di Kabul, Afghanistan, Kamis, 2 Desember 2021. Menurut angka PBB dari awal November, hampir 24 juta orang di Afghanistan, sekitar 60 % persen dari populasi, menderita kelaparan akut, termasuk 8,7 juta yang tinggal di dekat kelaparan.
Foto: AP/Petros Giannakouris
Bayi tidur di sebelah ibu mereka saat mereka menjalani perawatan di bangsal gizi buruk Rumah Sakit Anak Nasional Ataturk di Kabul, Afghanistan, Kamis, 2 Desember 2021. Menurut angka PBB dari awal November, hampir 24 juta orang di Afghanistan, sekitar 60 % persen dari populasi, menderita kelaparan akut, termasuk 8,7 juta yang tinggal di dekat kelaparan.

IHRAM.CO.ID, KABUL -- Wakil Menteri Luar Negeri Afghanistan, Sher Mohammad Abbas Stanikzai, mengatakan Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas krisis yang ada di Afghanistan. Ia menegaskan bahwa AS harus memainkan peran aktif dalam ekonomi Afghanistan karena ekonomi Afghanistan telah rusak selama 20 tahun terakhir.

Hal itu diungkapkan Stanikzai di acara yang diadakan dalam rangka menandai Hari Migran Internasional di Kabul, yang dihadiri para pejabat tinggi termasuk Menteri Pengungsi dan Repatriasi, Khalil Rahman Haqqani.

Baca Juga

"Adalah tugas dunia, terutama AS, untuk berperan aktif dalam pembangunan Afghanistan, karena telah merusak ekonomi kami dalam 20 tahun terakhir, sekarang adalah tanggung jawab mereka untuk datang dan membangun kembali ekonomi Afghanistan," kata Stanikzai, dilansir di Tolonews, Ahad (19/12).

Menurut Stanikzai, AS berjanji selama pembicaraan Doha bahwa mereka akan mengakui sistem Islam berikutnya di negara itu dan tetap membuka kedutaan (AS) di Kabul.

"Dalam perjanjian Doha, AS berjanji bahwa setelah penarikan pasukannya, mereka akan mengakui sistem berikutnya dan membuka kedutaannya," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement