Selasa 21 Dec 2021 23:14 WIB

Hujan Deras dan Banjir Diprediksi akan Sering Terjadi di Malaysia

Pakar lingkungan memprediksi hujan lebat dan banjir akan sering melanda Malaysia

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Seorang pria (kiri) mendorong troli dengan anak dan barang-barangnya, sementara anggota keluarga lainnya membawa kasur, setelah banjir melanda Taman Sri Muda, distrik Shah Alam, sekitar 40 km dari Kuala Lumpur, Malaysia, 21 Desember 2021. Pakar lingkungan memprediksi hujan lebat dan banjir akan sering melanda Malaysia.
Foto: EPA-EFE/FAZRY ISMAIL
Seorang pria (kiri) mendorong troli dengan anak dan barang-barangnya, sementara anggota keluarga lainnya membawa kasur, setelah banjir melanda Taman Sri Muda, distrik Shah Alam, sekitar 40 km dari Kuala Lumpur, Malaysia, 21 Desember 2021. Pakar lingkungan memprediksi hujan lebat dan banjir akan sering melanda Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pakar lingkungan Renard Siew menyatakan banjir akibat hujan deras di banyak negara bagian Semenanjung Malaysia selama akhir pekan mengungkap realitas pola cuaca ekstrem. Kondisi ini disebabkan oleh perubahan iklim.

Kejadian seperti itu yang diperkirakan akan terjadi lebih sering di masa depan. Para ahli pun mendesak pihak berwenang untuk berbuat lebih banyak dalam hal perencanaan bencana dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga

Siew mengatakan banjir yang melanda beberapa negara bagian termasuk Selangor, Negeri Sembilan, Kelantan, Pahang, Melaka, dan Terengganu pada 17-18 Desember adalah contoh nyata dari peristiwa cuaca yang tidak dapat diprediksi akibat emisi karbon yang tinggi. "Ketika kita memompa karbon dioksida ke atmosfer, apa yang cenderung yang terjadi adalah ini menciptakan efek perembesan global di mana gas rumah kaca memerangkap panas dan di bawah kondisi yang lebih hangat, atmosfer kita mampu menampung lebih banyak uap dan kelembapan," katanya.

Menurut penasihat perubahan iklim untuk Pusat Studi Pemerintahan dan Politik (Cent-GPS), kondisi itu memiliki efek akumulasi. Dampak jangka panjangnya adalah mengalami hujan tiba-tiba di daerah tertentu dan yang terjadi banjir di Malaysia dalam beberapa hari terakhir.

Siew mengatakan monsun timur laut yang terjadi di Malaysia antara November-Maret biasanya berdampak pada pantai timur semenanjung. Namun, dia mencatat banjir tahun ini juga melanda wilayah di tengah semenanjung serta pantai barat.

"Menjadi lebih sulit bagi ahli iklim untuk memprediksi cuaca dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena fenomena perubahan iklim," kata Siew dikutip dari Channel News Asia, Selasa (21/12).

"Pemerintah (Malaysia) telah mengatakan bahwa banjir adalah peristiwa sekali dalam seratus tahun. Namun sejujurnya, selama bertahun-tahun kami telah melihat begitu banyak peristiwa cuaca ekstrem ini terjadi di Cina, Jerman, dan New York," ujar Siew.

Pernyataan itu pun didukung dosen lingkungan hidup Universiti Putra Malaysia Haliza Abdul Rahman. Dia mencatat akhir-akhir ini terjadi peningkatan kejadian banjir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement