Ahad 26 Dec 2021 17:43 WIB

Krakatau Steel Gandeng Tata Metal Kembangkan Industri Baja

Baja merupakan salah satu produk recycle sehingga tidak merusak lingkungan

Rep: intan pratiwi/ Red: Hiru Muhammad
Presiden Joko Widodo menandatangani baja produk terbaru saat meresmikan pabrik Hot Strip Mill 2 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Kota Cilegon, Banten, Selasa (21/9/2021). Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) sebesar 1,5 juta ton per tahun dan merupakan pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium.
Foto: ANTARA/Biro Pers dan Media Setpres
Presiden Joko Widodo menandatangani baja produk terbaru saat meresmikan pabrik Hot Strip Mill 2 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Kota Cilegon, Banten, Selasa (21/9/2021). Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) sebesar 1,5 juta ton per tahun dan merupakan pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Melestarikan lingkungan sebagai warisan bagi generasi yang akan datang, harus mulai diterapkan di industri baja. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mengusung konsep Eco-green di sektor industri tersebut melalui pendekatan ESG (Environmental, Social, Governance).

PT Krakatau Steel dan PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) baru-baru ini telah melakukan penandatangana Komitmen ESG (Environmental, Social, Governance) untuk Industri yang berkelanjutan.

Baca Juga

“Eco-Green akan menjadi salah satu tata kelola yang sangat kritikal di masa depan. Jadi memang Eco-Green itu bukan untuk bisnis, tapi untuk persiapan kita kepada generasi selanjutnya. Ketika kita menurunkan bumi ke mereka. Itu yang memang harus kita ingat,” ujar Direktur Komersial PT Krakatau Steel, Melati Sarnita, dalam keterangan resminya, Ahad (26/12).

Melati menjelaskan, baja merupakan salah satu produk recycle sehingga tidak merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Untuk itu, Krakatau Steel bersama PT Tata Metal Lestari sebagai salah satu produsen Baja Lapis Aluminium Seng (BJLAS) di Tanah Air ini berkomitmen untuk meningkatkan tata kelola yang berkelanjutan di industri baja.

Dia juga mengapresiasi PT Tata Metal Lestari yang telah menerapkan industri 4.0 sehingga upaya menuju industri yang keberlanjutan dapat segera terwujud.  

Melati menambahkan, industri baja memberikan multiplier yang besar bagi lingkungan dan masyarakat. Karena itu di negara-negara maju, industri baja sangat dilindungi. Bahkan industri ini dianggap sebagai industri pertahanan sebuah negara.

“Jika kita lihat, Negara-negara besar  seperti Amerika, India, atau Cina itu memiliki kebijakan-kebijakan industri baja yang sangat kuat untuk melindungi industri domestiknya. Harapan kami sebagai BUMN, Industri baja kita bisa membantu para pelaku usaha industri baja supaya perkuatan kebijakan itu juga bisa kita lakukan,” terangnya.

Sementara Vice President PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi menjelaskan, kondisi bumi saat ini sudah sangat mengkhawatirkan dimana pemanasan global terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya.

Karena kekhawatiran itulah, PT Tata Metal Lestari dan Tatalogam Group berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan ini. Berbagai upaya dilakukan guna mencapai target Zero Emission. Salah satunya dengan menerapkan industri 4.0, serta menggandeng pihak lain sehingga industri baja di tanah air ini menjadi industri yang lebih ramah lingkungan.

“Jadi kami bersama PT Krakatau Steel berkolaborasi untuk menuju  industri yang berkelanjutan, yang hijau, dengan pendekatan ESG Karena kalau baja ini saya yakin kita sudah berkecukupan.  Jadi tidak perlu impor lagi. Tapi kita melawan dengan cara lain yaitu dengan cara memastikan kalau rumah kita (Indonesia) masih hijau bumi-nya dan masih biru langit-nya seperti logo Krakatau Steel dan Tata Metal Lestari," katanya.

Bersamaan dengan penandatanganan Komitmen ESG tersebut, PT Tata Metal Lestari, digelar juga melakukan pelepasan ekspor 2 produk hijau dengan nama Hijau Ubud dan Hijau Buaran untuk diekspor ke Australia. Produk ramah lingkungan ini menggunakan pendekatan EARLY Nexalume yang berarti Environmental Responsible and Sustainability.

Stephanus menerangkan, nantinya mereka juga akan meluncurkan EARLY label dimana setiap produk Tata Metal Lestari akan mengadopsi sustainable manufacturing practice berbasis ESG.“Kami melepas 125 ton produk Hijau Buaran dan Hijau Ubud. Dengan ekspor yang dilepas hari ini, total kita sudah ekspor 2650 ton produk serupa dari target 5000 ton per bulannya," kata Stephanus.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement