Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dayung Ramadhan

Mengenal Tokoh Ilmu Kalam Hassan Hanafi dan Pemikirannya

Agama | Tuesday, 28 Dec 2021, 16:26 WIB

Siapa yang belum mengenal Hassan Hanafi? salah seorang intelektual yang tertarik mengkaji ilmu kalam. Hassan Hanafi dikenal sebagai seorang filosof dan teolog kontemporer Mesir yang cukup produktif menghasilkan karya-karya besar. Sebagai seorang pemikir, Hassan Hanafi aktif menulis buku dan aktif didunia akademik serta organisasi masyarakat.

Riwayat Singkat Hasan Hanafi

Hasan Hanafi lahir pada 13 Februari 1935 di Kairo. Pendidikannya dimulai pada tahun 1948 dengan menyelesaikan pendidikan dasarnya, dan melanjutkan belajar di Madrasah Tsanawiyah Khalill Agha, Kairo, dimana ia menyelesaikannya dalam empat tahun. Hasan Hanafi adalah pengikut Ikhwanul Muslimin saat ia aktif belajar di Universitas Kairo. Hanafi juga tertarik mempelajari refleksi Sayyid Qutb tentang keadilan sosial dalam islam. Ia berfokus pada studi pemikiran agama, revolusi dan perubahan sosial. Di antara banyak karyanya yaitu: Kiri Islam (Al Yasar Al Islami) adalah salah satu puncak pemikirannya sejak revolusi 1952. Karya ini telah memformulasikan bagaimana pemikiran yang sesuai tentang sumbang agama untuk kebahagiaan umat manusia.

Pemikiran Kalam Hasan Hanafi

1. Kritik terhadap teologi Tradisional

Hassan Hanafi menekankan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual keyakinan (teologi) sesuai dengan konteks politik yang berkembang.

Hassan Hanafi berpendapat bahwa teologi bukanlah pemikiran murni yang ada dalam kekosongan sejarah, tetapi mencerminkan konflik sosial-politik. Oleh karena itu, kritik terhadap teologi memang merupakan tindakan yang adil dan benar karena merupakan produk dari kritik terhadap pemikiran manusia. Hal ini sesuai dengan definisinya tentang definisi teologi itu sendiri. Menurutnya, teologi bukanlah ilmu tentang Tuhan, karena Tuhan bukanlah subjek dari ilmu pengetahuan. Menurut Hasan Hanafi, teologi tradisional tidak dapat menjadi visi yang benar-benar hidup dan dapat ditindaklanjuti dalam kehidupan konkret umat manusia, hal ini karena sikap para teolog tidak mengaitkannya dengan hati nurani, nilai-nilai murni dan tindakan manusia. Ini menciptakan kesenjangan antara keyakinan teoretis dan praktik nyata di kalangan umat.

2. Rekonstruksi Teologi

Menurutnya, teologi dapat bekerja dalam ilmu-ilmu yang berguna hingga saat ini, yaitu dengan menciptakan kembali dan memodifikasi dengan merekonstruksi epistemologi lama yang keliru untuk memandu epistemologi baru agar lebih valid. Tujuan pembangunan kembali teologi Hanafi adalah menjadikan teologi bukan sekedar dogma agama kosong, melainkan ilmu pejuang sosial, yang membuat kepercayaan tradisional menjadi fungsional, benar-benar menjadi basis moralitas dan motivasi manusia.

Tujuan akhir dari rekonstruksi teologi radisional adalah revolusi sosial. Menilai revolusi dengan agama saat ini berarti mengaitkan filsafat dengan hukum Syariah di masa lalu. Karena pemikirannya bahwa ulama tradisional telah gagal menyusun teologi modern, Hanafi menawarkan saran rekonstruksi teologi. Langkah membangun kembali teologi setidaknya dilatarbelakangi oleh tiga hal, yaitu:

1). Perlunya ideologi yang jelas di tengah pergulatan global antar ideologi yang berbeda.

2). Pentingnya teologi baru ini terletak pada kepentingan praktis ntuk benar-benar mewujudkan ideologi gerakan dalam sejarah.

3). Hasrat teologis yang realistis (amaliyah fi`liyah) yang sebenarnya terekspresikan dalam realisasi tauhid di dunia Islam. Hanafi menginginkan “teologi dunia”, yaitu teologi baru yang menyatukan umat Islam. Menurut Hanafi, rekonstruksi teologis merupakan jalan ke depan jika teologi dapat memberikan kontribusi nyata bagi sejarah umat manusia.

Hanafi menganjurkan dua hal untuk melengkapi filsafat ilmu dalam teologi Islam:

1). Analisis bahasa. Bahasa dan konsep teologis tradisional diwarisi dari nenek moyang teologis. Ini adalah bahasa unik yang tampaknya menjadi aturan dari masa lalu.

2). Analisis realitas. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang sosiologis historis dari formasi teologi masa lalu untuk menjelaskan dampak aktual teologi terhadap kehidupan masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image