Rabu 29 Dec 2021 10:10 WIB

Bagaimana Sebaiknya Umat Memaknai Pergantian Tahun Baru?

Pergantian tahun bagi siapapun tentu memiliki makna yang penting.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Bagaimana Sebaiknya Umat Memaknai Pergantian Tahun Baru?. Foto: Tahun Baru/ilustrasi
Foto: EPA
Bagaimana Sebaiknya Umat Memaknai Pergantian Tahun Baru?. Foto: Tahun Baru/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Arif Fahrudin, menyampaikan cara bagaimana sebaiknya umat memaknai pergantian tahun atau tahun baru. Sebagaimana diketahui, dalam beberapa hari ke depan akan terjadi pergantian tahun dari 2021 menjadi 2022.

Kiai Arif mengatakan, pergantian waktu termasuk hari, bulan dan tahun hakikatnya adalah semakin dekatnya waktu kembalinya manusia kepada Sang Khaliq. Manusia dengan dimensi fisik dan mentalnya memiliki siklus dari lemah, tumbuh, berkembang, puncak keemasan, dan turun ke titik paling lemah lagi. Jadi, tahun baru adalah tanda proses kembalinya manusia ke titik awal.

Baca Juga

"Dari fitrah kembali ke fitrah. Maka cara tepat dalam memaknai pergantian tahun tentunya harus sesuai koridor fitrah manusia itu," kata Kiai Arif kepada Republika, Rabu (29/12).

Ia menjelaskan, koridor fitrah manusia itu sendiri meliputi, keterbebasan dari belenggu materialisme. Semua manusia terlahir dalam kondisi tanpa atribut materi yang disandangnya.

Ia mengatakan, maknai pergantian tahun dengan penuh zikir akan kebesaran Sang Khaliq yang mengatur siklus pergantian waktu semesta dengan begitu rapi dan indah. Senantiasa mengingat amanat sebagai khalifatullah fil ardhi yang berfungsi membahagiakan masyarakatnya dan menghindari dari menyusahkan mereka.

"Sesungguhnya dalam pergantian malam dan siang adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT," ujar Kiai Arif.

Ia mengingatkan, sebagai umat Islam, tentu tidak lepas dari tuntunan Nabi Muhammad SAW bahwa orang yang sukses adalah yang hari ini lebih baik dari kemarin. Serta hari esok lebih baik lagi dari hari ini.

Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Pengembangan Seni Budaya dan Peradaban Islam, Ustaz Jeje Zaenudin, mengatakan, pergantian tahun bagi siapapun tentu memiliki makna yang penting. Sebagaimana makna penting dari waktu itu sendiri. Karena pergantian tahun hakikatnya adalah pergantian waktu kehidupan dalam rentang satu tahun yaitu siklus dua belas bulan.

"Bagi orang beriman bergantinya tahun berarti peringatan bahwa jatah umurnya di dunia telah berkurang satu tahun," kata Ustaz Jeje kepada Republika, Selasa (28/12).

Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) ini mengatakan, oleh sebab itu pergantian waktu seharusnya disikapi dengan muhasabah diri, mengevaluasi perjalanan hidup dalam setahun. Semua patut bersyukur jika dalam setahun yang dilalui dapat mengukir prestasi amal soleh lebih banyak dari kesalahan dan dosa.

Ia menambahkan, sebaliknya jika nihil prestasi amal soleh dalam satu tahun yang lalu, sepatutnya bersedih  dan menyesal telah menyia-nyiakan waktu yang sangat mahal itu. Di samping itu waktu yang telah digunakan itu harus dipertanggungjawabkan kepada  Zat pemilik waktu itu pada hari akhirat nanti.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement