Kamis 30 Dec 2021 07:14 WIB

Kepala WHO Khawatir Tsunami Kasus Akibat Varian Delta-Omicron

Omicron sudah menjadi varian dominan di Amerika Serikat dan Eropa.

Rep: Dwina agustin/ Red: Friska Yolandha
Seorang pekerja membawa kotak berjalan di atas stiker yang menunjukkan jarak sosial satu meter di pusat perbelanjaan, Paris, Senin (11/5). Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kemunculan varian Delta dan dilanjutkan Omicron dari virus corona menciptakan tsunami kasus, Rabu (29/12).
Foto: AP / Francois Mori
Seorang pekerja membawa kotak berjalan di atas stiker yang menunjukkan jarak sosial satu meter di pusat perbelanjaan, Paris, Senin (11/5). Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kemunculan varian Delta dan dilanjutkan Omicron dari virus corona menciptakan tsunami kasus, Rabu (29/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kemunculan varian Delta dan dilanjutkan Omicron dari virus corona menciptakan tsunami kasus, Rabu (29/12). Omicron yang dilaporkan bulan lalu di Afrika selatan itu sudah menjadi varian dominan di Amerika Serikat (AS) dan sebagian Eropa.

“Saya sangat prihatin bahwa omicron, yang lebih menular (dan) beredar pada saat yang sama dengan delta, menyebabkan tsunami kasus,” kata Tedros.

Baca Juga

Tedros memperingatkan kondisi tersebut akan memberikan tekanan besar pada petugas kesehatan yang kelelahan dan sistem kesehatan di ambang kehancuran. WHO mengatakan dalam laporan epidemiologi mingguan bahwa risiko keseluruhan terkait dengan Omicron tetap sangat tinggi. Hasil itu mengutip bukti yang konsisten bahwa Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan varian Delta.

Menurut Tedros, varian Delta dan Omicron sekarang menjadi ancaman kembar yang meningkatkan kasus hingga mencapai angka rekor. Kondisi itu menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian.

Menurut angka WHO, jumlah kasus Covid-19 yang tercatat di seluruh dunia meningkat 11 persen pada pekan lalu dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Hampir 4,99 juta baru dilaporkan dari 20-26 Desember.

Kasus baru di Eropa yang menyumbang lebih dari setengah dari total, naik 3 persen, sementara di AS naik 39 persen dan ada peningkatan 7 persen di Afrika. Kenaikan kasus global mengikuti peningkatan bertahap sejak Oktober.

Tedros pun mengulangi seruannya kepada negara-negara untuk berbagi vaksin secara lebih adil dan memperingatkan bahwa penekanan pada booster di negara-negara kaya dapat membuat negara-negara miskin kekurangan pukulan.

"Mengakhiri ketidakadilan kesehatan tetap menjadi kunci untuk mengakhiri pandemi," kata pemimpin WHO ini.

Menurut Tedros, dunia pun telah kehilangan target untuk mendapatkan 40 persen populasi yang divaksinasi tahun ini. "Bukan hanya memalukan secara moral itu merenggut nyawa dan memberi virus kesempatan untuk beredar tanpa terkendali dan bermutasi," ujarnya.

Negara-negara sebagian besar meleset dari target karena pasokan terbatas ke negara-negara berpenghasilan rendah dalam sepanjang tahun. Kemudian, jika vaksin tiba, ini mendekati tanggal kedaluwarsa dan tanpa hal-hal pendukungnya, seperti jarum suntik.

Baca juga : Ilmuwan Identifikasi Antibodi yang Bisa Netralkan Varian Omicron

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement