Kamis 30 Dec 2021 08:38 WIB

Prospek Pasar Saham 2022 Membaik Jika Covid-19 tak Merebak

Jika pemulihan ekonomi berjalan mulus, IHSG diprediksi bisa tembus 7.000.

Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (17/12). Jika pemulihan ekonomi berjalan mulus, IHSG diprediksi bisa tembus 7.000.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (17/12). Jika pemulihan ekonomi berjalan mulus, IHSG diprediksi bisa tembus 7.000.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Riset Reliance Sekuritas Alwin Rusli meyakini prospek pasar saham Indonesia pada 2022 akan semakin membaik jika pandemi COVID-19 tak merebak kembali seperti hampir dua tahun terakhir yang mengakibatkan ekonomi mengalami resesi. Menurut Alwin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diharapkan dapat naik sampai ke atas 7.000. 

Bila tidak ada aral melintang dan kasus COVID-19 di Tanah Air dapat terkontrol dengan baik, maka dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi akan melaju dengan mulus dan dapat mencapai 5 persen. "IHSG saya perkirakan akan mencapai rentang 7.000 - 7.500 apabila melihat kondisi kinerja emiten-emiten yang sudah mulai pulih. Hal ini tentu dengan satu kondisi, yaitu tidak ada sentimen negatif yang tidak terkontrol, salah satunya yaitu kembali merebaknya kasus COVID-19," ujar Alwin saat dihubungi di Jakarta, Kamis (30/12).

Baca Juga

Dengan membaiknya kondisi ekonomi, Alwin menilai sektor perbankan akan menikmati dampak tersebut lebih awal. Sebab pada masa pemulihan, berbagai bisnis membutuhkan modal, dan hal yang pertama dicari oleh pelaku usaha tentunya adalah institusi bank terlebih dahulu untuk memperoleh dana segar.

Di samping itu, lanjut Alwin, dengan memperhatikan pergerakan ekonomi dunia pada saat ini di mana terjadi kelangkaan terhadap komoditas hampir di seluruh dunia, maka sektor-sektor tambang, termasuk metal dan energi khususnya batubara masih memiliki potensi untuk menguat. "Tidak ketinggalan juga sektor teknologi yang belakangan ini bergeliat sebagai dampak dari perkembangan teknologi yang terjadi selama pandemi COVID-19, di mana banyak dari para individu-individu yang mengadopsi dan bergantung sangat erat dengan teknologi," kata Alwin.

Terkait dengan potensi penawaran umum perdana saham atau IPO pada tahun depan, Alwin menyampaikan dengan adanya akses IPO secara elektronik, maka tentunya akan mengundang banyak perusahaan-perusahaan untuk memperoleh dana segar dengan cara "go public". Potensi IPO pada 2022 pun diperkirakan akan semakin marak.

"Fenomena IPO yang terjadi belakangan ini terbilang sukses karena dari sudut pandang para emiten berhasil memperoleh dana dari masyarakat sesuai dengan harapan para emiten tersebut, terpancar dari tingkat book building yang seringkali terjadi oversubscribe," ujar Alwin.

Namun demikian, menurut Alwin beberapa emiten tidak menjaga harga sahamnya di perdagangan sekunder. Hal itu dinilai akan memberi rasa enggan bagi para investor ritel untuk menginvestasikan dana mereka ke dalam saham-saham yang baru akan IPO.

"Sementara itu dengan adanya emiten jumbo yang kembali muncul di panggung e-IPO seperti GoTo, tentunya akan kembali menarik minat masyarakat untuk berinvestasi kembali karena potensi pertumbuhan dari perusahaan yang sangat menarik," kata Alwin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement