Kamis 30 Dec 2021 13:25 WIB

Studi Ungkap Penurunan Frekuensi Minum Alkohol di Negara Ini

Kesadaran akan kesehatan jadi pemicu kaum muda di Eropa dan AS untuk jauhi alkohol

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Minuman beralkohol. Kesadaran akan kesehatan jadi pemicu kaum muda di Eropa dan AS untuk jauhi alkohol
Foto: Pixabay
Minuman beralkohol. Kesadaran akan kesehatan jadi pemicu kaum muda di Eropa dan AS untuk jauhi alkohol

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi masyarakat di sejumlah negara, minum minuman beralkohol sudah menjadi kebiasaan yang membudaya. Akan tetapi, sebuah studi mengungkap adanya penurunan frekuensi minum alkohol di beberapa negara.

Generasi muda di Australia, Inggris, negara-negara Nordik, dan Amerika Utara rata-rata minum alkohol lebih sedikit daripada generasi orang tua mereka pada usia yang sama. Ada sejumlah penyebab yang disoroti peneliti.

"Penelitian kami menunjukkan ini tidak hanya karena upaya pemerintah untuk mengurangi konsumsi alkohol di kalangan remaja. Perubahan sosial, budaya, teknologi, dan ekonomi yang lebih luas tampaknya menjadi kunci penurunan," ujar salah satu peneliti, Sarah J MacLean, dikutip dari laman Real Clear Science.

Profesor madya dari La Trobe University itu melakukan studi berbasis wawancara dengan kaum muda di berbagai negara. MacLean bersama timnya telah mengidentifikasi empat alasan utama menurunnya kebiasaan minum kaum muda.

Alasan pertama adalah ketidakpastian dan kekhawatiran tentang masa depan, Kaum muda sadar masa depan mereka tidak pasti, baik itu dalam hal jenjang karier, kemampuan membeli rumah, maupun perubahan iklim.

Banyak anak muda memikirkan masa depan dengan cara yang tidak dilakukan oleh generasi sebelumnya. Mereka mencoba untuk mendapatkan rasa kendali atas hidup mereka dan mengamankan masa depan yang mereka cita-citakan.

Generasi muda merasakan tekanan untuk tampil sebagai orang yang bertanggung jawab dan mandiri sejak usia dini. Minum alkohol hingga mabuk dan kehilangan kendali akan berbahaya bagi rencana masa depan mereka.

Pemicu kedua adalah kesadaran akan kesehatan. Minum alkohol sudah terbukti berisiko bagi kesehatan mental dan kesehatan fisik jangka panjang sehingga generasi muda lebih enggan menenggak minuman tersebut.

Alasan yang ketiga adalah perubahan teknologi. Dengan adanya media sosial, generasi muda lebih berhati-hati dalam mengelola citra mereka di dunia maya. Internet sangat mungkin membuat foto sesepele apapun menyebar.

"Penelitian kami menemukan bahwa kaum muda khawatir tentang siapa yang mungkin melihat gambar mereka mabuk di media sosial (seperti teman, keluarga, dan calon majikan), risiko yang unik bagi generasi ini," ucap MacLean.

Pemicu keempat menurunnya frekuensi minum alkohol di antara generasi muda adalah kecemasan akan berubahnya hubungan keluarga. Kaum muda tidak ingin minum alkohol dan membuat orang tua mereka marah.

Berbeda dengan generasi sebelumnya, kaum muda menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang tua. Ini berpotensi mengembangkan hubungan yang lebih komunikatif sehingga mengurangi kebutuhan mereka untuk minum dan memberontak.

Ada juga sejumlah alasan lain mengapa kaum muda membatasi konsumsi alkohol, termasuk afiliasi budaya dan agama, kondisi kesehatan, dan motivasi pribadi. Minum alkohol tidak lagi dianggap "keren" atau tanda kedewasaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement