Senin 03 Jan 2022 16:27 WIB

Kudeta Sudan, Kontroversi Abdalla Hamdok Hadapi Masa Sulit

Hamdok telah melalui berbagai tantangan di masa jabatannya sebagai perdana menteri

Rep: Puti Almas/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok menyampaikan pernyataan di kanselir federal Jerman di Berlin, Jerman, 14 Februari 2020 (diterbitkan kembali 25 Oktober 2021).
Foto: EPA-EFE/OMER MESSINGER
Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok menyampaikan pernyataan di kanselir federal Jerman di Berlin, Jerman, 14 Februari 2020 (diterbitkan kembali 25 Oktober 2021).

IHRAM.CO.ID, Abdalla Hamdok yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri Sudan secara resmi pada Ahad (2/1) telah menghadapi masa-masa sulit dalam memimpin pemerintahan negara itu selama dua setengah tahun terakhir.

Hamdok telah melalui berbagai tantangan di masa jabatannya sebagai perdana menteri Sudan. Selama itu, mulai dari upaya pembunuhan, menjadi tahanan rumah, hingga berbagai sanjungan dan fitnah dihadapinya.

Pria kelahiran 1 Janurari 1956 itu juga dikenal sebagai ekonom. Hamdok mendapat gelar sarjana di Universitas Khartoum, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang doktoral ekonomi di Universitas Machester, Inggris.

Selama era 1980-an, Hamdok bekerja sebagai pejabat senior di Kementerian Keuangan dan Perencanaan Ekonomi Sudan. Ia pernah bekerja untuk PBB, di mana jabotant terakhirnya adalah sebagai wakil sekretaris eksekutif Komisi Ekonomi untuk Afrika dari 2011 hingga 2018.

Hamdok bekerja untuk Deloitte & Touche, Organisasi Buruh Internasional di Zimbabwe, dan sebagai ekonom di Bank Pembangunan Afrika di Pantai Gading. Pada September 2018, ia diangkat sebagai menteri keuangan, namun mantan Presiden Sudan Omar al-Bashir saat itu menolak kepemimpinannya.

Setelah penggulingan Bashir pada April 2019, beberapa bulan kemudian di tahun itu, tepatnya pada Agustus, Hamdok menjadi perdana menteri. Hingga sejak itu, ada beberapa momen penting di era kepemimpinannya, sebagai berikut :

Agustus 2019 : Resmi menjadi perdana menteri pada 21 Agustus 2019, setelah faksi sipil dan militer sepakat untuk berbagi kekuasaan dalam transisi tiga tahun dengan pemilihan yang dijadwalkan pada 2023. Sebuah dewan menyeri juga dibentuk saat itu.

Desember 2019: Hamdok mengunjungi Amerika Serikat (AS) pada 1 Desember 2019 bersama delegasi tingkat tinggi Sudan untuk membahas pencabutan sanksi AS dan PBB terhadap negara Afrika itu. Hamdok bertemu dengan perwakilan Gedung Putih dan CIA, bersama dengan presiden Bank Dunia dan sejumlah komunitas Sudan di AS.

Maret 2020: Terjadi upaya pembunuhan terhadap Hamdok bersama rombongan konvoi di Ibu Kota Khartoum pada 9 Maret 2020 dan beruntung ia selamat.

September 2021: Kudeta terjadi, namun berhasil digagalkan pada 21 September 2021. Hal ini dilakukan oleh komplotan sipil dan militer yang terkait dengan pemerintahan sebelumnya.

Oktober 2021: Kudeta militer terjadi pada 25 Oktober, pemimpin militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, yang merupakan pemimpin de facto sejak Bashir digulingkan. Terjadi pembubaran pemerintah, menangkap pemimpin sipil, dan keadaan darurat diumumkan.Ha mdok ditempatkan di bawah tahanan rumah setelah menolak untuk mendukung kudeta.

November 2021: Hamdok diangkat kembali sebagai perdana menteri di bawah perjanjian yang ditandatangani dengan Burhan, yang memungkinkan pembebasan semua tahanan politik setelah berminggu-minggu kerusuhan mematikan terjadi di Sudan, dipicu oleh kudeta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement