Selasa 04 Jan 2022 15:09 WIB

Kasus DBD di Kota Sukabumi Turun Dibandingkan 2020

Diharapkan ada kewaspadaan dari perangkat daerah dan masyarakat dalam mencegah DBD

Rep: riga nurul iman/ Red: Hiru Muhammad
Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Sukabumi pada 2021 menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian warga tetap diminta meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi potensi naiknya kasus DBD di awal Januari 2022.  Pasien penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (5/2). (ilustrasi)
Foto: Antara/Budiyanto
Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Sukabumi pada 2021 menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian warga tetap diminta meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi potensi naiknya kasus DBD di awal Januari 2022. Pasien penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (5/2). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Sukabumi pada 2021 menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian warga tetap diminta meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi potensi naiknya kasus DBD di awal Januari 2022.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi menyebutkan kasus DBD di Kota Sukabumi pada Januari hingga Desember 2021 mencapai sebanyak 427 orang dan empat orang meninggal. '' Pada tahun 2020 kasus DBD jauh lebih banyak mencapai sebanyak 651 kasus dan meninggal tiga orang,'' ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, Lulis Delawati kepada Republika, Selasa (4/1).

Baca Juga

Sehingga ada penurunan sebanyak 224 kasus dibandingkan 2020. Lulis menerangkan, jika dibandingkan 2020 tercatat kenaikan kasus meninggal dunia akibat DBD yakni dari tiga orang menjadi empat orang.

Meninggalnya penderita DBD ini dengue syok syndrom. Selain itu ada penyakit penyerta yang menyebabkan kondisi pasien memburuk pada saat penanganan di rumah sakit.

Lebih lanjut Lulis mengungkapkan, kasus DBD terbanyak terjadi pada akhir tahun. Di antaranya bulan November 2021 sebanyak 69 orang dan meninggal satu orang, bulan Oktober 2021 sebanyak 45 kasus dan Desember 2021 sebanyak 44 kasus.

Menurut Lulis, pada awal 2022 ini Dinas Kesehatan Kota Sukabumi berupaya mengantisipasi peningkatan kasus DBD. Sebab pada akhir 2021 dan awal 2022 intensitas hujan tinggi.

Dikhawatirkan hal itu memicu terjadinya genangan air yang rawan menjadi sarana berkembangbiaknya nyamuk DBD. Oleh karena itu Dinkes Kota Sukabumi mendorong kesiapsiagaan mengantisipasi peningkatan kasus DBD dan Leptospirosis di tengah pandemi Covid-19.

Lulis berharap ada kewaspadaan dari perangkat daerah dan masyarakat dalam pencegahan penyebaran penyakit DBD. Misalnya upaya pencegahan dan pemgendalian DBD dengan memperkuat pelaksanaan gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J).

Khususnya ungkap Lulis, dengan mengoptimalkan segenap anggota keluarga menjadi juru pemantau jentik (jumantik) di rumah masing-masing. Selain itu melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kegiatan menguras, menutup, mendaur ulang (3M) plus yaitu menghindari gigitan nyamuk di lingkungan rumah, perkantoram, tempat kerja, sekolah dan tempat-tempat umum.

Upaya lainnya dengan mengaktifkan kelompok operasional penanggulangan DBD (Pokjanal) di berbagai tingkatan RT, RW, Kelurahan, kecamatan hingalga tingkat kota. Berikutnya membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di seluruh lapisan masyarakat.

Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi meminta warga tetap mewaspadai penyebaran penyakit DBD di tengah pandemi Corona. Sebab dikhawatirkan kasusnya mengalami kenaikan. Sehingga pemkot meminta warga menggalakan gerakan PSN dan PHBS di lingkungannya masing-masing. Sebab nyamuk berkembang biak di genangan air dan harus jadi perhatian.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement