Selasa 04 Jan 2022 21:55 WIB

Beda Sikap Islam Terhadap Perempuan Dibandingkan Peradaban Lainnya

Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang mulia

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang mulia. Ilustrasi perempuan Muslimah
Foto: EPA/Mast Irham
Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang mulia. Ilustrasi perempuan Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID, — Sebelum Rasulullah ﷺ diutus menyampaikan risalah ilahiyah, akhlak dan adab manusia begitu bobrok.

Dan di antara  kerusakan moral pada saat itu adalah perempuan diposisikan sebagai makhluk yang paling hina di bumi. Perempuan dianggap sebagai benalu, dan hanya sebagai pelampiasan nafsu birahi kaum laki-laki dan penguasa.   

Baca Juga

Penceramah Ustadzah Dede Rosidah atau yang akrab disapa Mamah Dedeh mengatakan pada masa Yunani kuno kaum perempuan sebatas dijadikan pelampiasan nafsu birahi para kaum laki-laki terlebih para penguasa. 

Dalam berbagai literatur sejarah dapat ditemukan catatan bahwa para raja, pejabat atau pun orang kaya pada zaman itu bisa memiliki selir lebih dari 100 orang.  

Sedangkan pada masa Romawi kuno, menurut Mamah Dedeh perempuan justru dianggap sebagai benda oleh kaum laki-laki sehingga bisa dijual belikan atau ditukarkan. 

Sebab itu pula, pada masa itu seorang ayah tidak akan mendapatkan sanksi hukuman bila menyiksa anak perempuannya. Begitupun seorang suami tidak akan dikenakan sanksi bila menyakiti istrinya. Kaum lelaki dapat melakukan apapun sekehendak hatinya kepada perempuan.  

Begitupun di jazirah Arab sebelum Allah ﷻ mengutus Nabi Muhammad ﷺ , orang-orang Arab jahiliyah berlaku sewenang-wenang kepada kaum perempuan. Seorang suami bisa sekehendak hatinya mempunyai istri berapapun. Bila seorang suami meninggal, maka istrinya bisa diwariskan kepada anak lelaki. 

Dan anak lelaki itu boleh memperlakukan ibunya sesuka hatinya, menjadikannya selir, pembantu, ataupun menjualnya. Bahkan beberapa kaum memiliki tradisi bila suaminya meninggal maka perempuan wajib melukai wajahnya dengan pisau sebagai tanda kedukaan. 

Bahkan jelas Mamah Dedeh, orang Arab jahiliyah begitu malu ketika memiliki anak perempuan. Bila didapati istrinya melahirkan anak perempuan maka anak langsung dibunuh atau pun diasingkan. 

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (Alquran surat An Nahl ayat 58-59).

"Kita bersyukur lahir saat ini, sebagai umat Islam. Karena Islam memuliakan perempuan. Bahkan dalam Alquran ada satu surat yaitu An Nisa yang artinya wanita," kata Mamah Dedeh yang juga alumni Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saat mengisi kajian Pimpinan Pusat Persaudaraan Muslimah (PP Salimah) beberapa waktu lalu.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement