Jumat 07 Jan 2022 20:16 WIB

Harga Sembako di Tangerang Raya Masih Tinggi dan Terus Naik

Normalnya Rp 14 ribu, harga minyak curah di Kota Tangerang kini Rp 24 ribu per liter.

Rep: Eva Rianti/ Red: Erik Purnama Putra
Pekerja mengemas minyak goreng curah yang harganya terus naik (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Pekerja mengemas minyak goreng curah yang harganya terus naik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Harga sejumlah bahan pangan di kawasan Tangerang Raya masih tinggi usai momen Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Pemerintah daerah (pemda) terus menggelar operasi pasar sebagai upaya menurunkan harga bahan sembako.  

Informasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tangerang tercatat, harga rata-rata minyak goreng curah saat ini di angka Rp 20 ribu per liter. Adapun harga cabai rawit merah telah menyentuh angka Rp 103.333 per kilogram (kg).

Harga komoditas lain, seperti beras IR 64 KW II, rawit hijau, tepung terigu, dan kacang hijau mengalami kenaikan tipis sekitar dua hingga delapan persen dibanding pekan lalu. Kenaikan beberapa bahan pangan tersebut terjadi di sejumlah pasar yang ada di Kabupaten Tangerang, seperti Pasar Tigaraksa, Pasar Kelapa Dua, dan Pasar Mutiara Karawaci.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Disperindagkop UKM) Kota Tangerang juga mencatat, harga minyak goreng di Kota Tangerang bisa mencapai angka sekitar Rp 23 ribu hingga Rp 24 ribu per liter. Padahal harga normalnya di angka Rp 14 ribu per liter.

Menyikapi harga minyak goreng yang tinggi di pasaran, Disperindagkop UKM Kota Tangerang menggencarkan operasi pasar minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu per liter. Kepala Disperindagkop UKM Kota Tangerang, Teddy Bayu Putra mengatakan, operasi pasar minyak goreng digelar selama dua hari, yakni di kantor Gedung Cisadane pada Sabtu (8/1) dan di Lapangan Palem Botol Pinang pada Senin (10/1).

Teddy mengatakan, jajarannya menyiapkan sebanyak 4.000 liter minyak goreng dengan batasan dua liter per orang. "Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan minyak goreng," ujarnya.

Kebijakan operasi pasar tersebut, kata Teddy merupakan respons dari arahan Presiden Joko Widodo untuk menanggapi tren kenaikan harga pangan, khususnya minyak goreng. Adapun, konsep operasi pasar minyak goreng sengaja tidak digelar melalui pasar, agar minyak dengan harga terjangkau dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.

"Sekaligus meminimalisasi oknum yang mendapatkan harga murah, tapi dijual kembali dengan harga mahal. Harapannya lewat program ini harga pasaran bisa turun normal, dan masyarakat bisa mendapat harga wajar secepatnya," ucap Teddy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement