Senin 10 Jan 2022 14:27 WIB

Ini Rencana Pengembangan MRO di Bandara Kertajati 

GMF Aeroasia berencana membangun kawasan AMO Center di Bandara Kertajati.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Petugas melintas di area kedatangan di Bandara Internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Selasa (24/3/2020). Kementerian Perhubungan berencana menjadikan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) sebagai pusat logistik dan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO).
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Petugas melintas di area kedatangan di Bandara Internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Selasa (24/3/2020). Kementerian Perhubungan berencana menjadikan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) sebagai pusat logistik dan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan berencana menjadikan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) sebagai pusat logistik dan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO). Salah satu rencana pengembangan MRO yang mengedepankan inovasi dan teknologi terkini adalah dengan membangun inflatable structure hangar di apron eksisting BIJB. 

GMF AeroAsia memperkirakan pengoperasian inflatable structure hangar dapat dilakukan dalam waktu lima bulan ke depan jika sudah mendapat persetujuan. "GMF AeroAsia sendiri berminat membangun suatu kawasan AMO Center di BIJB," kata Direktur Utama GMF AeroAsia Andi Fahrurrozi dalam pernyataan tertulisnya, Senin (10/1/2022). 

Baca Juga

Andi menjelaskan, inflatable structure tersebut akan memiliki fasilitas learning services, component shop, dan engine shop. Begitu juga dengan hangar atau airframe maintenance, logistic center, dan manufacturer

Melalui AMO Center, Andi menilai Indonesia mendapat sejumlah manfaat. "Ini dapat menjaga serta meningkatkan aspek keselamatan transportasi udara, percepatan pemulihan ekonomi, menarik minat investor, menambah devisa, dan memperluas lapangan kerja," tutur Andi.

Sementara itu, Direktur Utama BIJB Muhamad Singgih yakin dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, BIJB dapat meraih potensi. Singgih mengatakan, saat ini terdapat potensi yang dimiliki di pasar pemeliharaan pesawat. 

"Karena sekitar 46 peren dari pesawat Indonesia masih melakukan pemeliharaan pesawat di luar negeri," ujar Singgih. 

Sebelunya, Menteri Perhubungan Budi Karya SUmadi meminta agar pengembangan MRO yang dilakukan di BIJB dapat mengedepankan terobosan baru. Begitu juga dengan melakukan inovasi dan teknologi terkini. 

“Harus ada terobosan dalam pengembangan MRO di BIJB,” kata Budi. 

Saat ini, BIJB tengah mengeksplorasi berbagai peluang termasuk kerja sama dengan PT GMF AeroAsia Tbk untuk menghadirkan layanan MRO yang inovatif, optimal, dan sesuai standar global. Budi juga mengusulkan agar pengembangan MRO dilakukan di atas apron eksisting.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement