Selasa 11 Jan 2022 09:14 WIB

Lewat Seni, Wanita Palestina Hilangkan Trauma Perang

Malak Mattar memulai karirnya sebagai seniman di tengah pemboman Israel.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Serangan Israel di Jalur Gaza / Ilustrasi
Foto: (AP Photo/Yousef Masoud)
Serangan Israel di Jalur Gaza / Ilustrasi

IHRAM.CO.ID, GAZA -- Pada tahun 2014, Malak Mattar seorang anak berusia 13 tahun di Gaza memulai karirnya sebagai seniman di tengah pemboman Israel. Ia mencari cara untuk melepaskan energi negatif dan melepaskan diri dari ketakutan akan kematian dengan mengambil sekotak cat air dan mulai melukis.

Dia mengatakan itu adalah caranya untuk bertahan hidup. "Seni saya adalah melukis pengalaman dari hati saya, itu mewakili saya," katanya dilansir dari Middle East Eye.

Mattar dibesarkan di Kota Gaza, dekat dengan pelabuhannya.  Ayahnya berasal dari desa Al Jorah, sekarang bernama Ashkelon, dan dulu bekerja di dinas luar negeri Palestina. Sementara Ibunya adalah guru bahasa Inggris Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB dari al-Batani al-Sharqi, di luar Gaza.

Mattar telah hidup melalui empat perang, pertama pada usia delapan tahun, dan yang terbaru adalah perang pada Mei 2021, saat berkunjung untuk melihat orang tua dan tiga adiknya. Dia mengatakan bahwa trauma perang adalah sesuatu yang dia bawa dalam dirinya.  

"Itu bukan sesuatu yang bisa dilepaskan, dikeluarkan, itu meresap ke dalam diri Anda dan menjadi bagian dari diri Anda. Bagaimana Anda bisa memproses sesuatu yang belum berakhir? Orang-orang tidak selamat dari perang, itu memengaruhi kesehatan mental Anda, "katanya.

Mattar sekarang berusia 22 tahun dan karyanya telah dipamerkan di 80 negara, termasuk AS dan India.  Namun, bepergian ke luar Gaza sulit bagi seniman, karena pembatasan visa untuk warga Palestina dari wilayah itu ketat di banyak negara.

Prosesnya sangat sulit sehingga dia sebagian besar menyerah untuk mencoba keluar, dengan mengatakan: "Kadang-kadang saya akan berpikir dunia itu sendiri adalah penjara, bukan Gaza,"

Dia akhirnya pindah ke Istanbul di Turki, di mana dia belajar Politik Internasional.  Dengan seorang kakak perempuan yang juga belajar di sana, Mattar tinggal di lingkungan kota Beylikduzu.

Tetapi sementara Istanbul memiliki banyak hal untuk ditawarkan dalam hal seni, kota ini tidak menonjol dalam karyanya. inspirasinya berjalan lebih dekat ke rumah, berakar pada identitasnya sebagai orang Palestina.

"Saya bersyukur berada di tempat di mana saya bisa melihat keindahan, mengunjungi museum dan galeri seni, tetapi seni saya tidak terpengaruh oleh lingkungan ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement