Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Dalam Kondisi Apapun, Bersyukur Merupakan Perbuatan Bijak dan Bajik

Agama | Thursday, 13 Jan 2022, 17:18 WIB

TANGGAL 25 April 2018, 20:53 WIB, republika.co.id menayangkan berita seorang pemulung difabel, Pak Arifin (55 tahun) yang diwawancara Dedi Mulyadi, calon Wakil Gubernur Jawa Barat pada waktu itu. Satu hal yang menarik dari berita tersebut adalah kegigihan sang pemulung difabel tersebut.

Di tengah-tengah keterbatasan fisiknya, ia pantang mengemis belas kasihan orang lain. Baginya berpeluh keringat meskipun harus berjalan dengan susah payah untuk mencari rezeki lebih baik daripada harus mengemis kepada orang lain.

Selebihnya dari itu, meskipun penghasilannya tak seberapa, ia senantiasa bersyukur atas rezeki yang ia terima. Ia pantang mengeluh karena sedikitnya rezeki yang ia dapatkan. Ia selalu meyakinkan diri, sebesar apapun yang ia peroleh merupakan bagian rezeki dari-Nya. Menurutnya, yang lebih penting lagi ia senantiasa bersyukur karena diberi kesehatan.

Seperti halnya Pak Arifin, beberapa bulan lalu, sebuah stasiun televisi swasta menayangkan kisah Pak Sucipto, pria berusia 70-an, pedagang siomay keliling di bilangan pinggiran Jakarta. Di usia senjanya, ia masih harus berkeliling mendorong roda, menjajakan siomay buatan istrinya.

Penghasilannya, tak seberapa. Laba dari berjualannya berkisar Rp. 10.000 – Rp. 20.000 sehari. Uang yang ia bawa ke rumah hanya cukup untuk makan sehari dengan lauk sederhana, terkadang ceplok telur, terkadang pula hanya makan berlaukan mie instan.

Baik Pak Sucipto maupun istrinya selalu bersyukur dengan rezeki yang Allah berikan. Ia tak mengeluh dengan penderitaan dan sulitnya menghadapi kehidupan. Ibadah pun tak ia tinggalkan meskipun badannya lelah setelah dipakai berjalan beberapa kilometer sambil mendorong roda.

Ia pun selalu menjaga hubungan baik dengan keluarga dan tetangganya. Di tengah kesempitan hidup dan minimnya penghasilan yang ia peroleh, ia masih berbagi dengan tetangganya. Tak jarang tetangganya memperoleh suguhan siomay buatannya secara gratis.

Ia masih bisa tersenyum tulus meskipun berbagai kesempitan hidup dari hari ke hari semakin menghimpitnya. Namun ia selalu yakin, kehidupan akan senantiasa berubah, dan Allah telah menentukan ukuran rezeki bagi setiap hamba-Nya. Kewajiban hamba hanya berikhtiar, sabar dalam mencarinya, dan mensyukuri terhadap setiap hasil yang ia peroleh.

Lain lagi cerita, Nick Kyrgios, 25 tahun, merupakan seorang petenis profesional asal Australia. Secara financial, ia seorang yang kaya raya. Dalam usia yang masih muda, ia sudah mampu mengumpulkan pundi-pundi uang yang jumlahnya sangat menggiurkan bagi siapapun yang mendengarnya. Milyaran rupiah telah ia kumpulkan dari profesinya sebagai altlet tenis.

Tak dinyana, dibalik kesuksesan, kepopuleran, dan kekayaannya, jiwa sang petenis muda ini tertekan. Ia menderita depresi, dan merasa hidupnya sendiri, bagaikan hidup di tempat gelap dan sepi. Meskipun ia sebagai orang terkenal, ia merasakan tak satupun yang benar-benar mengenalnya. Ketika sedang tour tenis di Sianghai, ia pernah tak mau melanjutkan hidupnya. Ia tak percaya kepada khalayak, mereka hanya menginginkannya bermain tenis, tak lebih dari itu.

Ia tersadar dengan dirinya, kemudian sejak 2018 ia rutin mendatangi psikolog. Disamping berobat, hampir dua tahun ia berjuang keras meyakinkan dirinya mampu melawan depresi, bisa sembuh, dan bisa hidup normal seperti dahulu sebelum meraih kesuksesan. Pada November 2020 ini, ia sudah mulai hidup tenang. Rencananya pada Januari 2021 ia akan kembali mengikuti turnamen tenis Australian Open.

Satu catatan dari perjalanan sang petenis ini adalah ia bisa hidup tenang selain bantuan psikolog, juga berkat ia hidup berkumpul dengan kedua orang tuanya di Canberra. Ia merasa senang bisa berkumpul, bercengkrama dengan keluarganya.

“Dulu, selama saya mengikuti tour tenis, saya harus meninggalkan rumah dan tidak bertemu dengan keluarga sampai tujuh bulan lamanya. Tahun ini, saya ingin memanfaatkan kondisi pandemi Covid-19 untuk berkumpul dengan keluarga,” Ungkap Kyrgios seperti dilansir sebuah media di Australia Sydney Sunday Telegraph, www.dailytelegraph.com, 8 November 2020, 10:22 A.M..

Selain intens berkumpul, menjalin silaturahmi dengan keluarganya, ia pun kini makin intens melakukan kegiatan sosial seperti bagi-bagi sembako kepada warga yang membutuhkan di tengah pandemi Covid-19. Nick Kyrgios semakin dapat menikmati hartanya yang berlimpah.

Kita bisa menarik pelajaran dari ketiga kisah tersebut, bersyukur atas segala curahan nikmat merupakan kunci utama untuk memperoleh ketenangan hidup. Ketika kita kurang bersyukur atas segala pemberian nikmat, yang akan kita dapat hanyalah perasaan berkurang belaka. Putus asa akan menyelimuti diri manakala cita-cita atau target yang diinginkan tidak tercapai.

Sebaliknya jika kita menerima apapun yang menjadi bagian dari peran kehidupan kita, ketenangan, kelapangan hidup akan kita peroleh. Depresi dan stres akan enggan mendekati kita. Setidaknya inilah yang telah dialami ketiga orang dalam kisah ini. Selain menerima kehidupan apa adanya, menikmati, mensyukuri, menjalin persaudaraan, bersilaturahmi, dan mau berbagi dengan orang lain dapat menjadikan diri seseorang menjadi lebih sehat, lebih tenang, dan lebih bahagia dalam menjalani kehidupan.

Pak Arifin, Pak Sucipto, maupun Nick Kyrgios telah membuktikannya. Mereka bertiga telah benar-benar merasakan betapa bahagia dan tenangnya ketika kehidupan mereka disertai dengan kesabaran, persaudaraan, dan mau saling berbagi. Kehidupan semakin bermakna bagi dirinya dan sesama.

James Arthur Ray (2006 : 131 dan 151) dalam karyanya, The Science of Success menyimpulkan, baik dalam memberi maupun bersyukur berlaku hukum layaknya senjata bumerang. Apapun yang kita berikan akan kembali kepada diri kita.

Winston Churchil mengatakan, “Kita menjalani kehidupan dengan apa yang kita peroleh, dan kita membuat kehidupan dengan apa yang kita berikan.”

Jalaludin Rumi, sastrawan Sufi pernah menggoreskan sya’irnya tentang bersyukur. Menurutnya, mau berbagi dengan orang lain merupakan bagian dari bersyukur. Kita jangan takut kehilangan rezeki karena berbagi dengan yang lain, sebab apapun yang kita berikan kepada yang lain sebenarnya tidak hilang, namun akan kembali kepada kita dalam wujud yang lainnya.

Masih menurut Rumi, tak mengeluh dan putus asa karena memperoleh kesah kehidupan, juga bagian dari bersyukur. Seberat apapun kesah yang menimpa kita, kembalikan segalanya kepada Zat Yang Memberi kesah tersebut. Dia berkuasa memberikan kesah kepada kita, Dia juga berkuasa untuk menghilangkannya.

jangan mengeluh, berkeluh kesah

apapun yang hilang darimu

akan kembali juga padamu

dalam wujud yang lain (Haidar Bagir, Belajar Hidup dari Rumi, 2015 : 34).

Dari sudut pandang apapun, bersyukur merupakan perbuatan bijak dan bajik. Plato, seorang filosof Yunani mengatakan, “Ketika Anda merasa berterima kasih, Anda menjadi sangat baik, dan akhirnya akan menarik hal-hal yang sangat baik.”

Marcus Tullius Cicero, yang juga seorang filosof Yunani mengatakan, “Tindakan bersyukur (berterima kasih) adalah sumber kebajikan.”

Kita sebagai seorang muslim harus lebih yakin dari para filosof dan pakar motivator kehidupan, bersyukur selain merupakan perbuatan yang tergolong ibadah, perbuatan ini selain akan mengikat nikmat yang telah ada pada kita, juga akan akan memikat datangnya nikmat yang lebih baik, yang belum kita miliki.

“Jika kalian bersyukur, Aku akan menambah nikmat-Ku kepada kalian. Namun jika kalian mengingkarinya (tak mensyukuri atas nikmat dari-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” ( Q. S. Ibrahim : 7 ).

Ilustrasi : Bersyukur (sumber gambar : httpas://kesbangpol.riau.go.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image