Jumat 14 Jan 2022 13:13 WIB

Ilmu Agama dan Ilmu Umum Sama-Sama Penting, Ini Penjelasannya

Islam tidak memisahkan ilmu agama dan ilmu umum

Ilustrasi ilmu umum. Islam tidak memisahkan ilmu agama dan ilmu umum.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Ilustrasi ilmu umum. Islam tidak memisahkan ilmu agama dan ilmu umum.

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, — Sebenarnya kaum Muslimin tidak pernah mengalami krisis dikotomi (pemisahan) antara agama dengan ilmu (science). 

Ini karena yang menurunkan ayat yang dibaca (maqru`) dan ayat yang dilihat (manzhur) adalah satu. Karena itu tidak akan ada kontradiksi antara ayat yang tersurat dengan ayat yang tersirat.

Baca Juga

Keduanya saling menopang dan mendukung. Dengan satu tujuan membuktikan bahwa dibalik semua ini ada Aktor Yang Mahasegalanya. 

Karena itu kaum Muslimin tidak pernah anti terhadap karya-karya ilmiah dan science dari umat yang lain. Semua dilihat sebagai produk pemikiran manusia yang dikaruniai akal oleh Sang Pencipta.

Dan, ketika mereka mengkaji karya-karya itu, mereka mengkajinya dengan semangat keislaman. Ketika menafsirkan QS Al Baqarah ayat 164 :

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ 

Imam ar-Razi menceritakan sebuah kisah sebagai berikut:   

Suatu hari, Umar bin Husam, seorang penuntut ilmu yang kemudian menjadi seorang ulama besar, sedang mempelajari karya fenomenal astronom ternama Yunani yaitu Ptolemy yang berjudul Almagest. Buku itu dia pelajari dibawah bimbingan seorang ulama besar masa itu, Umar Al Abhari. 

Tiba-tiba seorang ahli fiqih lewat di dekat mereka. Dia bertanya, “Apa yang sedang kalian lakukan?”

Umar Al Abhari langsung menjawab, “Kami sedang menafsirkan ayat: 

أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ

“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?” (QS Qaf ayat 6).

Setelah menceritakan itu, Imam Ar Razi berkomentar: 

“Al Abhari benar. Semakin kita memahami makhluk (ciptaan) Allah semakin kita merasakan kebesaran dan keagungan-Nya.”   

Karya Ptolemy dipelajari secara objektif. Tidak perlu di-islamisasikan. Tapi semangat mempelajarinya berangkat dari ruh keislaman yang tinggi.

Dengan demikian kemurnian hasil penelitian dan produk pemikiran seorang peneliti tetap terjaga. Tapi di saat yang sama, spirit mempelajarinya berangkat dari tanggungjawab seabgai seorang muslim dan khalifah Allahﷻ di muka bumi.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement