Selasa 18 Jan 2022 03:50 WIB

Wisudawan UMM Pelopori Penggunaan Produk Ramah Lingkungan

Wisudawan S2 UMM ungkap penggunaan produk tak ramah lingkungan merusak tanah

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wisudawan terbaik program Strata Dua (S2) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Wahid Muhammad Shodiq.
Foto: Humas UMM
Wisudawan terbaik program Strata Dua (S2) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Wahid Muhammad Shodiq.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tumbuh di keluarga petani membuat Wahid Muhammad Shodiq terbiasa dengan berbagai sistem pertanian sejak dini. Wisudawan terbaik program Strata Dua (S2) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini mulai memantapkan karier di bidang pertanian sejak mengetahui tentang perbedaan harga yang cukup tinggi antara harga panen dan harga di pasaran.

Meski keluarganya bermata pencaharian sebagai petani, Wahid dan keluarga tidak bisa melakukan manajemen pasca panen dengan baik. Hal ini berpengaruh pada hasil jual produk pertanian yang sudah ditanam. "Oleh karenanya, selepas Sekolah Menengah Atas (SMA), saya bertekad untuk mendalami bidang Agribisnis," kata Wahid.

Menurut Wahid, penjualan produk pertanian biasanya harus melalui beberapa tangan sehingga harga melambung tinggi. Sebab itu, edukasi mengenai manajemen pascapanen sangat penting. Dalam lingkup kecil, dia bisa mengedukasi keluarganya dahulu lalu pelan-pelan mulai beralih ke lingkup yang lebih besar.

Dengan ilmu yang didapatkannya, Wahid semakin terpacu untuk mempelajari Agribisnis. Anak tunggal ini bercerita bahwa perolehan wisudawan terbaik tersebut bukan yang pertama kali diraihnya. Sebelumnya, saat menempuh pendidikan strata satu (S1) di UMM, ia juga menjadi wisudawan terbaik di Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP). 

Wahid mengatakan, topik tesisnya di S2 ini melanjutkan penelitian saat S1 dahulu. Saat di tingkat sarjana, Wahid membahas tentang perilaku ramah lingkungan secara umum. Namun saat menempuh S2, dia membahas tentang perilaku ramah lingkungan berfokus pada restoran fast food.

Seperti yang diketahui, kata Wahid, penggunaan produk yang tidak ramah lingkungan pada akhirnya akan menyebabkan pencemaran pada tanah subur. Namun sampai sekarang tidak ada standard pasti dari pemerintah mengenai kemasan ramah lingkungan. "Oleh karena itu, perlu adanya regulasi agar para brand fast food tidak asal klaim,” ungkap pria kelahiran Bojonegoro ini.

Menurutnya, pemerintah perlu membuat ukuran baku terkait produk ramah lingkungan. Begitupun dengan brand yang tidak sepatutnya asal klaim, namun benar-benar membuat produk yang pro akan kebaikan lingkungan. 

Ia juga mengimbau agar masyarakat turut mengambil peran dalam upaya menciptakan lingkungan yang baik. Perilaku-perilaku seperti buang sampah sembarangan nyatanya bisa memengaruhi kesuburan tanah di sekitarnya. Sebab itu, perlu adanya edukasi luas mengenai ini ke depannya.

Raihan wisudawan terbaik ini merupakan hadiah untuk orang tuanya yang telah bersusah payah menyekolahkan sampai S2. Raihan ini juga menjadi apresiasi terbaik dari beragam usaha yang telah diperjuangkannya hingga saat ini.

Wahid berharap bisa belajar lebih banyak hal lagi dan membagikan ilmu yang dia peroleh ke masyarakat luas. "Saya juga akan terus mengupayakan mimpi saya, yakni membuka toko pertanian yang pro petani di daerah asal,” jelasnya dalam pesan resmi yang diterima Republika, Senin (17/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement