Rabu 19 Jan 2022 05:35 WIB

Pengungsi Afghanistan Hadapi Kelaparan dan Musim Dingin Ekstrem

Pengungsi internal di kamp-kamp Herat menceritakan tentang kondisi kehidupan yang sulit dan mereka menyerukan bantuan internasional - Anadolu Agency

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan  melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS).  Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.
Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS). Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.

KABUL -- Terlantar akibat konflik di Afghanistan, ratusan keluarga di kota Herat berjuang untuk bertahan hidup menghadapi musim dingin yang keras. Warga Afghanistan, sebagian besar dari etnis Tajik dan Hazara, telah bermigrasi dari provinsi sekitarnya seperti Faryab, Badghis, Farah, dan Ghor sedang menunggu bantuan dari pemerintahan Taliban dan lembaga internasional.

Para pengungsi mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa mereka menghadapi masalah dalam mengakses makanan dan listrik. Abdurrahman Muhammedi (38 tahun) ayah lima anak yang harus berpindah dari Badghis lima bulan lalu, mengatakan mereka pindah karena konflik.

"Situasi kami buruk. Ada perang di provinsi dan kabupaten sepanjang waktu. Saya tidak makan apa-apa hari ini. Saya cuma minum teh dan makan sepotong roti untuk makan malam kemarin sekitar jam 5," lanjut dia.

Mereka yang tinggal di kamp tidak mampu membeli kayu atau batu bara, dan menggunakan plastik untuk menyalakan api dan memasak roti, yang membuat makanan mereka jadi tidak sehat. Tidak ada sumber air di kamp, ​​jadi orang-orang membawanya dari mata air yang jauh dengan drum.

Safura, perempuan berusia 70-an, bahkan tidak memiliki tenda untuk ditinggali. Dia tinggal bersama ketiga cucunya di sebuah gubuk setinggi 50 sentimeter.

"Saya tinggal di sini. Saya tidur di sini. Hujan, dan tempat ini dipenuhi air," kata Safura, yang kehilangan suami dan anak-anaknya.

Nisar Ahmed, 32, ayah dari dua anak, mengatakan bahwa orang-orang di sana meninggal karena cuaca dingin dan kelaparan.

"Seperti yang Anda lihat, situasinya sangat buruk. Tidak ada makanan, tidak ada roti, tidak ada apa-apa. Tidak ada bantuan," ucap dia.

Yadigar, bocah kecil berusia dua puluh hari warga termuda di kamp tersebut, ​​​​ lahir dalam perjalanan ke Herat, di mana ibunya meninggal tak lama setelah melahirkan bayinya itu.

Kepala migrasi Herat Muhammad Refik Nirumend mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa jumlah orang yang bermigrasi ke Herat dari provinsi sekitarnya mencapai sekitar 140.000. Dia mengatakan mereka telah mendistribusikan bantuan kepada 7.000 keluarga sejauh ini dan Program Pangan Dunia (WFP) membuat komitmen untuk memberikan bantuan. Nirumend juga mengatakan tujuan utama mereka adalah memungkinkan kembalinya para pengungsi.

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/pengungsi-afghanistan-hadapi-kelaparan-dan-musim-dingin-ekstrem/2476696
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement